Mohon tunggu...
BUSRA BASIR MR
BUSRA BASIR MR Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan

BUSRA BASIIR MR, S.Pd., M.Pd., Lahir di Mekkatta-Malunda, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat. Menamatkan Pendidikan Dasar TK dan SD di Mekkatta, serta Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Malunda, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Tapalang, Kabupaten Mamuju. Tahun 2007 Meraih Gelar S-1 Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah (BSID), Fakutas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Makassar (UNM), dan tahun 2019 Meraih Gelar Magister Pendidikan Bahasa (S-2) Pada Program Pascasarjana, Universitas Negeri Makassar (PPS-UNM). Pada saat ini Saya terdaftar sebagai guru dan Wakil Kepala Madrasah di MTs. Al-Jihad Sambabo, Kecamatan Ulumandaq-Majene, kemudian sebagai guru di SMA Negeri 2 Tapalang Kabupaten Mamuju, dan juga sebagai dosen di Universitas Al-Asyariah Mandar (UNASMAN) Sulawesi Barat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Merdeka Belajar" di Tengah Pandemi Covid-19, Tantangan atau Musibah?

11 Juni 2020   23:08 Diperbarui: 11 Juni 2020   23:06 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Helvi Tiana Rosa, Sastrawan Indonesia, dosen, dan penulis berbagai buku bertema sastra juga menceritakan kisahnya ketika Ia harus hidup di emperan dekat rel kereta api bersama adik dan Ibu-Bapaknya. 

Tak banyak hal yang bisa Ia lakukan ketika rumahnya kadang-kadang tersapu oleh angin desingan kereta api yang lalu-lalang di emperan rumahnya. Besar dan tumbuh di lingkungan yang kumuh, menjadikan beliau menjadi pribadi yang baik serta memiliki 

Dokpri
Dokpri
karakater yang kuat. Banyak puisi, cerita pendek, juga novel yang telah Ia tulis dari inspirasinya selama Ia hidup di bantaran rel kereta api hingga mengantarkan dirinya menjadi dosen, dan sastrawan Indonesia. Adiknya, juga pernah dipercaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai salah satu Duta Besar di salah satu negara sahabat Indonesia.  

Berdasarkan uraian beberapa kisah inspiratif tersebut, maka sangat jelas bahwa murid yang memiliki prestasi dan selalu menjadi juara kelas, tidak menjamin dirinya akan meraih sukses di masa depan. 

Demikian pula sebaliknya, bahwa murid yang dahulunya dianggap tidak memiliki prestasi apa-apa, justru mampu membalikkan keadaan atau pandangan orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut, tentu tidak dicapai dengan mudah, butuh proses dan keinginan yang kuat, membalikkan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang tidak bisa menjadi bisa, dan seterusnya. 

Lalu, bagaimana nasib pendidikan Kita hari ini di tengah merebaknya wabah pandemi Covid-19. Apakah program “Merdeka Belajar” menjadi tantangan atau musibah?

Berbicara mengenai program “Merdeka Belajar” yang digagas oleh Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, sebenarnya sudah dicanangkan jauh sebelum pandemi Covid-19 melululantahkan seluruh sendi-sendi pendidikan dan perekonimian dunia, termasuk Indonesia. 

Di tengah merebaknya wabah pandemi Covid-19, sebenarnya menjadi tantangan tersendiri buat seluruh guru-guru di Indonesia untuk terus berbenah dan tetap memberikan materi pembelajaran kepada murid-muridnya, walaupun tidak dilakukan dalam ruang kelas. Inilah momentum yang paling pas untuk melakukan uji coba kesiapan para guru mersepon program “Merdeka Belajar” yang bisa dilakukan dalam kondisi serta situasi apapun termasuk dalam kondisi menghadapi merebaknya wabah pandemi Covid-19.  

Belajar dapat dilakukan dari rumah guru kepada murid-muridnya di sekolah, atau bisa juga pada saat gurunya di luar kota melaksanakan tugas atau kewajibannya sebagai abdi negara namun tetap bisa melakukan proses pembelajaran dengan murid-muridnya di sekolah walaupun Sang guru tidak berada di kelas, atau bisa jadi guru mengajar dari rumah kepada murid-muridnya yang masing-masing sedang berada dirumahnya. 

Saat ini, para operator seluler dan penyedia aplikasi berbasis video pembelajaran, sudah banyak menawarkan fitur-fitur berbasis teknologi yang siap digunakan. Misalnya, Whatsap, Messanger, Facebook, Instagram, dan yang paling trend adalah aplikasi Zoom. 

Sementara operator seluler, juga ikut memberikan dukungan dan motivasi kepada guru dan murid yang melaksanakan proses pembelajaran dengan menyediakan paket pulsa data gratis sebesar 30 Giga Mega Bait untuk pengguna aplikasi ruang guru bekerjasama dengan operator Telkomsel Indonesia.

Problem yang muncul kemudian adalah, tidak semua guru dan murid memiliki Handphone (HP) berbasis android. Kalau seandainya mereka kemudian diberikan HP berbasis anrdoid, pun belum tentu mereka bisa menggunakan fitur-fitur atau aplikasi yang tersedia pada HP android tersebut secara mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun