Mohon tunggu...
Rofatul Atfah
Rofatul Atfah Mohon Tunggu... Guru - Guru Tidak Tetap

Seorang guru biasa dan Ibu dari anak-anaknya yang istimewa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tagetes Erecta si Bunga Kuning yang Bau

22 Juni 2014   17:34 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:49 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di sebuah halaman rumah, yang penuh rimbun tanaman. Ada setangkai bunga kuning yang hampir mekar. Sedihnya, dia tidak mempunyai teman. Semuanya menjauh. Apalagi tanaman yang di tanam dalam pot. Mereka memandang pun tidak. Mereka setiap hari dirawat dengan telaten. Sehingga mereka selalu terlihat indah dan menarik.

"Kenapa ya, aku ini, tidak ada yang menemani ? Menyebut namaku pun mereka enggan," sang bunga kuning merunduk sedih.

"Ada apa bunga kuning yang mungil dan cantik ?" sapa seekor kupu-kupu dengan senyum ramah.

"Ah kupu-kupu, aku malu tidak punya teman, semuanya menjauhiku," jawab bunga kuning masih tetap merunduk sedih.

"Bukankah aku sekarang ada di dekatmu, berarti kamu masih punya teman bukan ?" kupu-kupu lalu terbang mengitari bunga kuning.

"Tapi itu hanya kamu, kupu-kupu, sedang yang lain tidak. Aku pun tidak ditanam di dalam pot, aku dibiarkan tumbuh begitu saja di tanah," bunga kuning masih sedih.

"Coba lihat ke atas sana, matahari bersinar cerah. Dia menyinari kita semua dengan merata. Lihat pula ke bawahmu, ada tanah yang mampu menerima siapapun yang mau ditanam pada dirinya. Sekarang, kamu tidak perlu bersedih, ada banyak yang bisa kamu lakukan untuk memperbanyak bungamu dan mempercantik diri," kupu-kupu menasehati si bunga kuning.

Bunga kuning merenungkan kata-kata kupu-kupu dan lalu berkata, "Hemmmm, ada benarnya juga nasehatmu kupu-kupu, aku sangat berterima kasih kepadamu," bunga kuning tersenyum lebar.

Tiba-tiba seorang ibu menghampiri mereka, kupu-kupu pun bergegas menghindar. Tangan ibu itu lalu menjangkau tangkai si bunga kuning, "Masih terlalu kecil, belum waktunya," katanya kemudian berbalik pergi.

"Oh untunglah aku tidak jadi diambil," bunga kuning memucat, dia takut rupanya.

"Tidak usah takut, mungkin kamu sebenarnya tanaman yang sangat berguna. Lihat saja nanti, percayalah hidupmu tidak akan sia-sia," kupu-kupu berkata bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun