Mohon tunggu...
Rofatul Atfah
Rofatul Atfah Mohon Tunggu... Guru - Guru Tidak Tetap

Seorang guru biasa dan Ibu dari anak-anaknya yang istimewa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stephen Hawking dan Kontradiksi Pendidikan di Indonesia

17 Maret 2018   23:53 Diperbarui: 18 Maret 2018   00:06 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sehingga tidak mengherankan diambang batas milineal para intelektual (termasuk guru) mudah dibohongi berita hoax ataupun digiring ke satu opini yang kebenarannya masih diragukan. Alhamdulillah Indonesia masih dilindungi Tuhan, meskipun terpaan badai dan ujian sangat keras, namun masih tetap bersatu dan selalu dilimpahkan para pimpinan yang baik. 

Padahal dengan kondisi pendidikan seperti diatas, tentu sangat sulit bagi bangsa dan negara Indonesia untuk tetap bisa bertahan sebagai satu negara kepulauan besar dengan jumlah penduduk terbanyak nomor keempat di dunia, yaitu 255.461.700.  

Tulisan saya yang ringkas ini akan saya tutup dengan berusaha mencoba menjawab pertanyaan awal, "Mengapa masalah pendidikan yang sama masih terus berulang dari tahun ke tahun ?" Yaitu tidak adanya kemauan para pemangku kebijakan pendidikan untuk keluar dari zona nyaman pendidikan, karena sangat beresiko. Yaitu bayangan resiko tercerai berainya semua ikatan pendidikan, mulai dari sekolah, guru, perguruan tinggi, dan instansi yang berkaitan dengan pendidikan, sehingga tidak ada lagi kesamaan program dan arahan pelaksanaan di lapangan. 

Resiko yang bisa dimainkan para politisi. Oleh karena itu bisa dimengerti mengapa sulit sekali membenahi pendidikan. Dengan demikian hanya orang-orang yang bermental tangguh yang bisa mengubah nasib pendidikan di Indonesia. Sebagaimana halnya Stephen Hawking yang dengan Amyotrophic Lateral Sclerosis selama 55 tahun bisa mengubah drastis pandangan tentang masa depan, ruang angkasa, bumi, dan manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun