Mohon tunggu...
Burhan Yusuf
Burhan Yusuf Mohon Tunggu... Jurnalis - Pena adalah kawan, tinta adalah hembusan.

Mahasiswa Sharia and Islamic Law Al-Azhar University, Cairo

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ibu Kota Pindah?

10 September 2019   03:10 Diperbarui: 10 September 2019   14:29 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Masjid Ibnu Thulun) 

Akhir waktu ini kita fokus menyoroti perihal pindah nya ibukota, Jakarta bersiap menjadi kampung dan hilang identitas daerah keistimewaan nya serta bumi Borneo siap digadang menjadi poros Indonesia kedepan. Nyatanya, kami tidak ingin menanggapi soal pro dan kontra, hanya ingin mengajak melihat perpindahan ibukota Mesir seiring dengan masuk nya penguasa baru dan kekuasaan di era Khilafahan Islam.

Era pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, pasukan ekspansi Islam telah mendaratkan armadanya hingga bumi Syam. Melihat jarak yang jauh ini menjadikan Khalifah Umar memerintahkan untuk mencukupkan daerah perluasan sampai Syam saja karena ingin agar para sahabatnya tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan di kota Madinah. 

Amru bin Ash yang ikut dalam ekspansi menuju Syam, melihat ada celah agar bisa memperluas wilayah islam hingga menyeberang ke Mesir yang kala itu di kuasai oleh Romawi Barat. Khalifah Umar akhirnya pun luluh ketika Amru bin Ash bisa meyakinkan dirinya perihal penaklukan daerah Mesir. 

Ketika memasuki Mesir, kondisi masyarakat Qibti (red: ras/bangsa) yang tertindas dan terjajah menjadikan mereka sangat berharap kepada pasukan muslimin untuk menyudahi penyiksaan berkepanjangan oleh Romawi. 

Pasukan muslimin yang di pimpin oleh Amru bin Ash mengepung kota Babylon (Pusat pertahanan bangsa Romawi) dan menggiring mereka keluar untuk berperang di 3 titik utama yaitu di Ummu Danin (Azbekiya), Abbasia dan Ain Syams serta meletakkan pasukan sayap di Jabal Muqattam dan Qarafah yang siap mengintai ke arah kota Babylon. 

Kendati demikian, pasukan Amru bin Ash mendirikan Kamp Pasukan di tanah lapang berdekatan dengan tembok kota Babylon, kelak daerah ini dinamakan Fusthat. 

Setelah satu tahun lamanya mengepung, keadaan ini memaksa pasukan Romawi mundur dan menyerah sehingga Amru bin Ash membuat ultimatum untuk segera meninggalkan Babylon dan di beri keamanan perjalanan laut menuju Alexandria, Pusat Pemerintahan Romawi Barat di Mesir. 

Dengan keluar nya seluruh pasukan Romawi menjadikan hari itu sebagai proklamasi atas masuk nya Mesir ke dalam wilayah Islam pada tahun 641 M atau 21 H. Langkah cepat dilakukan oleh Amru bin Ash untuk melalukan tata kota menjadi kota yang produktif. Melihat kota Babylon yang mayoritas penduduk nya adalah Nasrani dan Yahudi menjadikan Amru bin Ash memilih untuk membangun kota baru di area kamp tenda pasukan (bersebelahan dengan tembok kota Babylon) dan di namakan kota itu Fusthat (dalam bahasa Arab, Fusthat berarti tenda) serta di dirikan masjid pertama di benua Afrika bernama Masjid Amru bin Ash di kota tersebut. 

Hal ini berlangsung sampai dinasti Umayyah runtuh dan kekhilafahan di gantikan oleh keturunan Abbas yaitu Dinasti Abbasiah. Langkah dinasti Abbasiah bergerak cepat dan membuat kota baru serta memindahkan pusat pemerintahan nya menuju kota Asakir (sekarang daerah sayyidah aisyah - sayyidah zainab). Jika dilihat dari topografi wilayah, perbandingan antara Fusthat dan Asakir sangat jauh berbeda, Fusthat merupakan kota industri dan strategis karena letaknya berdampingan dengan anak sungai Nil yang hadir jika musim pasang datang, sebelum akhirnya di bendung dan tidak bercabang lagi. Kondisi ini dimanfaatkan untuk jalur perdagangan dari seberang dan mengirim hasil bumi serta keramik dari Fusthat menuju tempat-tempat lain. 

Kota Asakir tetap bertahan sebagai ibukota pemerintahan hingga datang nya seorang Ahmad bin Thulun tahun 868 M yang menjadi gubernur di Mesir dibawah kekhalifahan Abbasiah di Baghdad yang ingin menjalankan otonomi daerah secara absolut terlepas dari dinasti Abbasiah, di dukung oleh pengaruh Ahmad bin Thulun yang sangat kuat di Mesir menjadikan ia semakin yakin untuk mendirikan dinasti Thuluniyah dan membangun ibukota baru dan masjid nya di bukit Yashkur, kota Qatha'i. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun