Mohon tunggu...
Burhan Yusuf
Burhan Yusuf Mohon Tunggu... Jurnalis - Pena adalah kawan, tinta adalah hembusan.

Mahasiswa Sharia and Islamic Law Al-Azhar University, Cairo

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ekstrimisasi Rambut Dagu

21 Agustus 2019   23:10 Diperbarui: 21 Agustus 2019   23:15 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi - Pict by Google) 

"Kok kamu jenggotan, cukur lah!! Kamu harus banyak belajar ilmu tasawuf biar gak radikal" 

"Ciri orang radikal dan teroris adalah jenggot"

Argumen diatas sering kali serampangan orang mengucapkannya, entah didasari ilmu atau sebuah kebencian. Nampaknya tak selalu benar dan tak selalu salah.


Sebagian orang yang memiliki janggut pasti tampak risih dengan statement yang mendiskreditkan janggut secara sepihak dengan kebencian seolah salah dalam gaya bahkan dalam kebenaran hidup. Apalagi hingga dikaitkan dengan ilmu tasawuf tentang akhlak dan menjaga hati, justru korelasi yang sangat jauh itu membuat kebencian ini semakin lucu. 

Sebagaian orang memang memiliki prinsip untuk berjanggut, tak hanya sekedar lifestyle semata bahkan lebih dari itu. Mereka memahami ini sebagai anjuran dari Sang pemilik syariat dan ingin merealisasikan sabda kekasih nya yang berbunyi:

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


"Potong pendeklah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot." (HR. Muslim no. 623)

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


"Selisilah orang-orang musyrik. Potong pendeklah kumis dan biarkanlah jenggot." (HR. Muslim no. 625)

Itu saja. Gak lebih. 

Memang, sebagian orang juga berprinsip untuk mencukurnya. It's okey. Itu hak masing-masing orang dengan segala argumentasi nya. Sah dan boleh meski tak tertulis dalam undang-undang adat. Juga tak sembarangan mencari pembenaran dengan segala dalil untuk melawan argumentasi sebelah, cukup kau katakan dan kau akui "aku belum bisa mengamalkan ini" sehingga terbebas dari ta'thil syariat yang sangat membahayakan. 

Harusnya kedua belah kubu tak saling bersinggungan, bersikap saling menghargai dan menghormati. Tak saling memaksa bahkan menuduh dan mencaci. Menerima perbedaan ini dengan hati yang lapang dan meninjau kemaslahatan masing-masing pihak. 

Menggunjing dengan sebutan kambing bahkan anjing tak menjadi solusi selamanya. Bahkan menjadi bara permusuhan untuk hal yang sifatnya lebih besar dan krusial. 

Sudahlah, akhiri pertengkaran sepele ini. Karena dipundak kita masih banyak beban bersama lebih dari sekedar mengurus jenggot. Setiap orang di dunia pasti tidak ingin mencari dan mendapatkan musuh, sudah terlalu banyak setan dan hawa nafsu yang kita musuhi demi menjadi insan yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun