Mohon tunggu...
Burhan Yusuf
Burhan Yusuf Mohon Tunggu... Jurnalis - Pena adalah kawan, tinta adalah hembusan.

Mahasiswa Sharia and Islamic Law Al-Azhar University, Cairo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasionalisme Merah Putih dalam Nilai Al-Azhar

19 Agustus 2019   22:38 Diperbarui: 16 Agustus 2022   21:33 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://news.visimuslim.org

Setiap instansi atau lembaga pasti mempunyai pakaian resmi yang menunjukkan nilai-nilai makna dari instansi yang dibawa. Begitu pula dengan salah satu instansi tertua di dunia bernama Al Azhar.

Al Azhar sendiri memiliki pakaian resmi sebagai ciri khas ulama Al Azhar dengan Jubah putih dilapisi dengan Kakula (jubah luar) serta Kopiah merah yang disebut Tarbusy dengan balutan imamah putih dan ekor hitam kecil.

Semua ini tak hanya menunjukkan bahwa dia adalah seorang Azhari, walaupun Azhari tak sekedar pakaian tapi juga pemikiran dan manhaj; tapi pakaian ini memiliki nilai yang terkandung dalam simbol-simbol. Dalam Fan seni Islam telah di bahas dan ditafsirkan apa makna yang terkandung dalam Kopiah Al Azhar sehingga para ulama dari zaman ke zaman memiliki ciri atau gaya khas yang sama, hanya saja mungkin material yang digunakan tentu berbeda karena semakin berkembangnya zaman.

Azhari dengan kopiah merah, putih dan hitam ternyata melambangkan warna yang terkandung dalam bendera negara Mesir, menunjukkan bahwa seorang Azhari pasti berjiwa nasionalis dengan membela bangsa dan negaranya.

Adapun tafsiran merah dalam Tarbusy yang mana pada mulanya berasal dari daerah Maroko dan sangat populer dipakai dalam aktivitas kenegaraan pada kesultanan Ottoman, sehingga Tarbusy menjadi simbol di lingkup negara Maroko, Turki dan Mesir. Warna merah yang dipilih karena melambangkan ketegasan, kewibawaan, dan keberanian.

Orang-orang mesir menambahkan imamah atau kain putih yang membalut Tarbusy, karena selain imamah adalah ramzun (simbol) para ulama dan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam banyak menyebutkan Hadits tentang imamah; dipilih lah warna putih karena melambangkan kesucian.

Adapun ekor hitam kecil yang terletak di bagian tengah ke arah belakang melambangkan gelapnya penjajahan di masa silam yang bisa diakhiri oleh bangsa Mesir.

(Mahasiswa Al Azhar, kegiatan kajian kampus)
(Mahasiswa Al Azhar, kegiatan kajian kampus)

Bukankah warna merah itu tidak dianjurkan? karena Nabi Shallallahu alaihi wassalam pernah bersabda:

"Hindarilah warna merah, karena warna merah adalah pakaiannya setan"

Jawab :

Pertama : Imamah atau kain yang digunakan oleh para ulama Al-Azhar adalah putih dan pecinya yang berwarna merah. Ternyata masih banyak orang yang tidak bisa membedakan antara imamah dan peci.

Kedua : Merah yang tidak dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam adalah warna merah mutlak, artinya jika dinisbatkan kepada sebuah peci, maka semua anggota dahi mulai dari depan sampai belakang itu tertutup warna merah yang menyala seperti warna setan, sedangkan imamah Al Azhar adalah kombinasi antara warna merah dan putih, bukan merah secara keseluruhan. Inilah pendapat yang di kemukakan oleh Ibnul Qayyim Al Jauziyyah.

Maka dari situlah para ulama Al Azhar sepakat memilih warna merah dengan kombinasi putih dan ekor hitam kecil sebagai simbol seorang Azhari. Sebenarnya bukan suatu kewajiban, hanya karena para Ulama Al Azhar ingin menghormati ilmu yang mereka bawa dengan berwibawa, agar ilmu itu semakin berjaya dan mulia. Seperti kata Syaikh Ali Jum'ah :

"Kemuliaan ilmu itu diatas semua kemuliaan, barang siapa telah merasakannya maka ia tahu, dan barang siapa yang tahu maka ia akan semakin menikmatinya".

Allah Subhanahu wa taala juga menyanjung ulama, dalam firmannya:

"Sesungguhnya orang-orang yang benar takut kepada Allah adalah Ulama"

Jadi begitulah cara guru-guru kita menyanjung dan meninggikan ilmu yang mereka bawa, dengan simbol kebesaran imamah yang mereka pakai sekarang.

Dahulu para Azhari yang memakai kopiah ini dianggap sebagai Hafidz Quran (penghafal Al-Qur'an) dan jika ada yang ingin membeli kopiah ini, para penjual akan selektif dan menanyakan perihal Al Quran kepada calon pembeli. Namun kenyataan pada masa kini telah berbeda, hanya sebagai barang yang diperjual belikan biasa.

Keberadaan simbol merah putih dalam jatidiri Azhari terkhusus bagi mahasiswa Indonesia harusnya juga hadir dalam rasa tanggungjawab dan kewibawaan seperti membawa atribut negara. Hal ini menambahkan rasa bahwa sebagai seorang berkebangsaan Indonesia yang berjiwa Azhari mereka memiliki kewajiban untuk meninggikan derajat ilmu tanpa lupa akan daratan yaitu tanah air. 

Tanah air bagian dari diri kita, tanah dimana kita dilahirkan dan tempat dimana kita harus mengabdikan diri. Dengan ilmu yang sudah didapat dari rahim bumi ilmu pengetahuan maka harus diamalkan dengan dakwah di tanah kelahiran sesuai dengan amanat UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Inilah bentuk rasa tanggungjawab seorang Azhari dan Indonesia.

Mesir juga merupakan bangsa dan negara yang dekat dengan kita, bagaimana tidak ketika mereka menjadi negara yang mengakui kedaulatan negara Indonesia untuk yang pertama kali disaat negara lain tidak memperdulikan arti kedaulatan kita. Ini merupakan bentuk apresiasi dan dukungan yang disuarakan oleh Azhari muda Indonesia dan melakukan diplomasi dengan pihak mesir dan Al Azhar sehingga lahirlah pengakuan ini pada 22 Maret 1947.

Maka dengan menyandang predikat secara Azhari, dengan semangat merah putih melekat dalam simbolisasi tentunya jadi satu tamparan besar jika mereka bersembunyi di balik nama besar tapi tidak melakukan aksi. Ilmu, ilmu dan ilmu menjadi pemandu untuk ummat. 

Kepedulian terhadap bangsa dan tanah air, ummat yang diharapkan menjadi berkembang ditangan-tangan Azhari harus menjadi pemikiran setiap kita. Orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri tak berbeda jauh layaknya seekor binatang, namun mereka yang senantiasa memikirkan orang lain (umat) maka dia merealisasikan tugas nyata dari diutusnya para nabi dan pewarisnya.

Dengan merayakan kemerdekaan bangsa Indonesia ini diharapkan dapat kembali memunculkan rasa tanggungjawab ilmu pada seorang Azhari atas tanah airnya. Maka jangan permalukan dirimu dihadapan dunia, apalagi dengan status seorang Azhari. 

Semua kembali ke kita. Azhari sejati tak berarti tanpa jiwa peduli.

Wallahu a'lam.

Oleh : Yusuf Burhani 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun