Dalam QS Survey terbaru, Kuala Lumpur mengalahkan Jakarta sebagai kota pendidikan terbaik di ASEAN. Kuala Lumpur hanya kalah dari Singapura di Asia Tenggara. KL--seperti biasa disingkat-- meraih predikat "Kota Berbiaya Hidup yang  Paling Terjangkau bagi Pelajar" (Most Affordable City for Students). Lalu, bagaimana pula dengan Jakarta? Sayang sekali, Jakarta bahkan luput dari pemeringkatan ini. QS mengkaji 125 kota dan tanggapan dari 18.000 pelajar internasional di seluruh dunia. KL meraih posisi 41, sedangkan Singapura bercokol di peringkat 14. Patut mengecewakan karena tidak ada satu pun kota di Indonesia yang ada di peringkat bergengsi itu.Â
Mengutip PR Newswire, Education Malaysia Global Services, badan usaha milik Kementerian Pendidikan Tinggi Malaysia yang menyediakan layanan pendidikan bagi pelajar internasional, daya saing sektor pendidikan tinggi Malaysia terletak pada program ganda (twinning programmes). Banyak kampus di Malaysia menawarkan program itu, dengan universitas mitra di seluruh dunia. Dengan begitu, mahasiswa akan memperoleh ijazah kelulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri. Universitas terkemuka di Malaysia menawarkan program joint degree dengan mitra universitas bereputasi di luar negeri agar bisa memberi pilihan bagi mahasiswa untuk belajar di dua kampus di dua negara dan lulus dengan dua ijazah dari kedua universitas tersebut.
"Ada lebih dari 6.000 mata kuliah dan hampir 300 lembaga pendidikan tinggi yang dapat dipilih. Untuk memperoleh ijazah internasional, mahasiswa dapat mendaftar di enam universitas dari Inggris, tiga universitas dari Australia dan satu universitas dari Tiongkok yang memiliki kampus cabang di Malaysia dan menghemat sedikitnya 30% dari biaya kuliah yang lebih murah dan biaya hidup yang lebih rendah," kata Mohd Yazid Abd Hamid, Chief Executive Officer, Education Malaysia Global Services.Â
Ini jelas membuat posisi Malaysia sangat menguntungkan bagi para pelajar yang mengejar gelar akademik berskala dunia. Seharusnya, Indonesia meniru konsep ini agar tidak ketinggalan dengan negara tetangga. Tak usah muluk-muluk mengalahkan Australia & negara-negara maju lainnya. Coba saja sektor pendidikan tinggi kita menjalin program-program eksklusif dengan menjadikan kampus-kampus asing sebagai mitra kerja.Â
Banyak sebetulnya bidang pendidikan yang bisa diandalkan. Sebut saja seni & budaya, ekonomi syariah, politik dan lain sebagainya. Jika kampus-kampus lokal bisa membentuk "center of excellence" berskala internasional untuk bidang-bidang pendidikan tersebut, bukan tak mungkin kita bisa mengalahkan Malaysia ke depannya. Semoga saja.Â