Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bermodal Nekat dan Promo, Kesampaian Berlibur ke Bali

6 September 2016   22:49 Diperbarui: 7 September 2016   14:45 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
barong, koleksi sanggar uma dewi

Wisnu kegirangan, kebahagiannya tidak bisa ditutupinya. Sambil menuruni anak tangga dari lantai atas, lantai tempat para managemen berkantor dia bergegas mendekati saya.

“Pak Kumis... Pak Kumis aku diijinkan njemput istriku… kita jadi berlibur ke Bali…,” kata-katanya nerocos mengisyaratkan kegembiraan.

Ini adalah bulan kedua bagi saya mengikuti pelatihan magang di salah satu rumah sakit khusus di Yogyakarta. Untuk hal itu, selama tiga bulan saya harus meninggalkan kantor, teman, anak, dan istri. Rasa jenuh dan kangen terkadang tak bisa saya sembunyikan. Bermalam di rumah Wisnu adalah hiburan bagi saya. Kebetulan selama tiga minggu belakangan ini istri Wisnu yang asli Bali sedang menjenguk orangtuanya di Bali. Kesempatan mendapat izin cuti meski hanya satu hari merupakan hal langka bagi Wisnu. Karena 3 minggu sebelumnya dia sudah mengambil cuti tahunan guna mengantar istri dan anaknya ke Bali.

Beberapa hari yang lalu Wisnu menawari saya ikut ke Bali menjemput istrinya sekaligus mengajak saya berlibur. Dia tahu kalau kegemaran saya memotret dan menulis.

“Beres Pak Kumis, 1 juta saja kita sudah bisa berlibur ke Bali…,” katanya kapan hari ketika saya menginap di rumahnya di sekitaran Terminal Giwangan Yogyakarta.

Sebenarnya saya ragu dengan uang satu juta kok bisa berlibur ke Bali karena Wisnu menyemangati dan tidak usah memikirkan ongkos tiket pesawat. Yang penting berangkat, semua nanti dia yang urus katanya. Dia pernah cerita kalau dia pernah memiliki pengalaman sebagai agen perjalanan yang sudah mapan dan sukses. Waladalah, soal ticketing dia juaranya. Pertama saya bingung bagaimana bisa dia mendapat harga ticket yang selalu murah. Ternyata dia rajin banget browsing di internet dan ketemu di AirAsiaGO.Ini toh rahasianya, eh ternyata di situs itu ada diskon terus, sekarang mumpung lagi promo booking selama 5 sampai 18 September 2016, makanya boleh langsung disikat lagi, lumayan bisa disimpen buat penerbangan selanjutnya. Lumayan kan 5% buat penerbangan 1 Oct 2016 - 4 Jan 2017 sama 10% OFF for travel between 5 Jan - 28 Oct 2017.

Lanjut lagi, sehingga di perjalanan kali ini tidak perlu memikirkan ongkos, bujuknya. Tiket sudah dikirim kode booking, saya tak perlu khawatir katanya. Wah, kita jadi manusia doyan promosi.

Saya pun akhirnya nekat ikut Wisnu ke Bali, dengan izin sehari seperti Wisnu dengan konsekuensi mengganti hari yang saya pakai libur. Sabtu-Minggu libur dan ditambah Senin bisa total 3 hari. Lumayan sudah bisa putar-putar Bali, janji Wisnu.

Berangkat dari Bandara Yogyakarta menuju Bandara Ngurah Rai di Bali, perjalanan yang hanya sesingkat pikir saya. Perjalanan yang lebih pendek waktunya dibanding perjalanan saya pulang ke Ponorogo yang hampir 5-6 jam. Sampai Ngurah Rai, adik ipar Wisnu, istri, dan anaknya sudah menunggu. Langsung meluncur kekediaman mertua Wisnu. Sore harinya saya dipuas-puasin keliling Bali menikmati panaroma, budaya, adat istiadat Bali seperti janjinya dengan gratis seperti kata-katanya tempo hari.

“Pak Kumis sore nanti kita ke Pantai Kuta dulu, kita puas-puasin di sana, puas-puasin menjepret nanti saya tinggalin di sana, dan bila sudah puas nanti tak jemput,” katanya.

Kami pun meluncur ke Pantai Kuta. Sayang hari agak mendung dan jalanan macet. Saya berharap menjelang senja sudah ada di Pantai Kuta untuk menikmati matahari terbenam. Was-was menghantui karena jalanan macet. Akhirnya saya dicarikan ojek biar dapat jalan pintas. Sesampai di tepi pantai, saya berlarian. Sambal berlarian, saya menyetel tripod. Dan segera menyiapkan senjata saya. Beruntung meski sebelumnya mendung, menjelang gelap angin laut menghalau mendung pekat tersebut. Rona merah akhirnya keluar. Meski tidak mendapat matahari, saya masih beruntung mendapat semburatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun