Terus berdoa dan berharap dengan berbagai cara agar anggotanya segera ada kabarnya. Kedatangannya ke pantai ini dengan maksud, berserah diri pada Allah atas usaha, doa dan selebihnya pasrah pada pencipta apapun hasilnya akan dia terima.
Ini puncak kepasrahan katanya, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, semua milik Allah dan akan kembali ke Allah kami pasrahkan ke Allah." ungkap pak Kasdi. Dengan cara begini berharap keluarga segera bisa segera bisa menerima keadaan, apapun keadaannya sehingga tidak berlarut-larut dalam kesedihan.
Dipilihnya laut untuk acara ini menurut pak Kasdi, laut adalah lambang kesabaran yang tak terbatas, laut adalah ibarat luasnya maaf, luasnya dan dalamnya ketabahan. Laut adalah kedamaian, tempat datang air datang dan pergi.
Pak Kasdi berharap, keluarga yang diantarkan ke pantai Kasab berhati laksana samudera yang mampu menampung setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan tak lama-lama larut dalam kesedihan.
Kami segera mandi dan tunaikan sholat magrib. Kami baru sempat membukan bekal nasi berbuka di gardu diperjalanan pulang. Kami lanjutkan perjalanan sembari menunggu sholat isya dan tarawih dengan mencari masjid yang ada di sekitar jalan yang kami lalui. Di daerah Pringkuku kami tunaikan sholat isya dan tarawih.
Banyak makna yang kami dapatkan dari pantai Kasab, kami saling diskusi dalam perjalanan. Tentang pertemuan, tentang kehilangan. Tentang usaha ikhtiar, doa, tawakal, dan kepasrahan. Tidak gegabah buru buru melebeli musrik atau syirik pada orang lain biarlah itu wewenangnya Allah.Â
Tentang usaha mendapatkan kedamaian, penerimaan, serta bagaimana membantu lain sebaik mungkin seperti cerita pak Kasdi. Saya jadi teringat pesan guru saya, "Atimu kudu iso kaya samudera, apa wae sing teka bisa ketampa mlelep kanthi tenang, sing akhire dadi menungsa ora kagetan".
Mungkin kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, jadikan hatimu seluas samudera. Apapun yang datang akan diterima dan ditenggelamkannya dengan tenang. Sehingga tidak gampang terkejut terhadap kejadian apapun, baik senang atau tidak senang.Â
Sesampainya di Ponorogo ternyata memory card kamera saya hilang, entah jatuh di pantai, masjid, atau gardu tempat berbuka puasa. Di dalamnya ada dokumen-dokumen kantor dan foto penting.Â
Saya sempat bingung, tapi percaya kalau masih rejeki saya pasti bisa ditemukan. Seminggu kemudian saya sendirian kembali ke pantai Kasab, menulusuri tempat-tempat yang sekira tempat terjatuhnya barang yang saya cari.Â