Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pantai Kasab, Hilang, dan Kembalinya Memori

14 Januari 2020   11:07 Diperbarui: 17 Januari 2020   12:57 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seminggu saat saya kembali, sudah berdiri gardu pandang swadaya Pak Sinar pemilik lahan | Nanang Diyanto Beku

Hari mulai gelap sesampainya di pantai Kasab Pacitan. Mendung menggelayut, sehingga sunset yang kami kejar tak kami dapatkan. Kami berdua hanya duduk-duduk di batu di bukitnya Kasab sambil menikmati sebisanya yang ada.

Gugusan pulau kecil di sisi barat terlihat mirip anak-anak pulau, dan bukit tempat kami duduk mirip induknya. Jadi gak salah jika orang sering menyebut Pantai Kasab sebagai Raja Ampat-nya Pacitan.

Sayang situasi kemarau membuat rumput dan dedaunan menjadi menguning bahkan mengering. Mungkin kalau sudah musim penghujan gugusan akan hijau begitu indahnya.

Sisi barat adalah kawasan pantai Watu Karung dan gugusan pulau pulau kecil, sisi selatan lautan bebas dengan ombak yang menderu apalagi mendekati malam. 

Sisi timur adalah lahan warga yang mulai disulap menjadi lahan parkir dan jalan akses menuju tempat kami berada. Sedangkan sisi utara berupa sungai yang bermuara ke laut.

Pantai Kasab sisi timur, diliat dari bukit | Nanang Diyanto Beku
Pantai Kasab sisi timur, diliat dari bukit | Nanang Diyanto Beku
Dari bukit ini bisa melihat ke 4 penjuru dengan leluasa, namun harus berhati-hati karena masih berupa batu terjal yang ditumbuhi tumbuhan berduri.

Sayup-sayup dari sisi barat laut (Watu Karung) terdengar Shalawat Tarhim dengan merdunya dari TOA masjid. Suasana terasa begitu damai, meski sepi hanya kami berdua yang nampak di pantai. Mungkin suasana puasa sehingga para pemburu sunset enggan datang.

Untung di perjalanan tadi kami sempat beli nasi dan minum buat berbuka. Tak lama kemudian azan magrib terdengar, dan kami berbuka seadanya. Minum air putih dan makanan ringan, nasi akan kami makan setelah sholat magrib. 

Kami turun dengan hati-hati, hari mulai gelap dan flash ponsel buat penerang. Kami saling berpegangan tangan, di terjalnya bebatuan.

Pak Kasdi memanjatkan doa di pantai Kasab | Purwanto Beku
Pak Kasdi memanjatkan doa di pantai Kasab | Purwanto Beku
Sesampainya di pantai bagian bawah kami bertemu dengan lelaki tua bertongkat yang diikuti 3 orang dibelakangnya. Mereka baru saja selesai berdoa dan ritual laut.

Pak Kasdi namanya, dia menceritakan ada salah satu keluarga yang dia antarkan ke pantai Kasab ini hilang 2 tahunan yang lalu. Tidak tahu hilangnya ke mana tiba-tiba tidak pulang, sudah usaha dicari ke sana ke mari belum ada hasil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun