Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Backlight Tak Harus Siluet

28 Februari 2019   19:38 Diperbarui: 2 Maret 2019   13:38 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto setoran mas Damar Sasongko, memakai lensa tele pada 250mm

"Backlight itu tak harus siluet." Kata Ardany Kresna mengawali bincang-bicang Malam Reboan.

Obrolan gayeng khas kami membahas foto backlight. Sebenarnya 80% banyak bercanda, ngopi, dan sisanya serius.  

Tema kali ini backlight, sesuai tema 2 mingguan yang telah kami sepakati dalam Beku Institut. Wadah yang sudah kami bentuk hampir memasuki tahun ke-6. Foto-foto backlight tersebut dikirimkan oleh anggota via WA group ataupun FB group.

"Terkadang kita tak bisa menghindari dimana harus memotret dengan cahaya matahari atau sumber cahaya di belakang obyek." Kata Damar Sasongko sambil menunjuk salah satu foto dalam layar TV 40 inc yang menjadi inventaris kami.

Siluet kiriman mas Oky Cahyo, yang selalu kuat dalam karakter obyek
Siluet kiriman mas Oky Cahyo, yang selalu kuat dalam karakter obyek
Backlight kiriman mas Ardany Kresna, soal matahari bulan dan gunung dia masternya
Backlight kiriman mas Ardany Kresna, soal matahari bulan dan gunung dia masternya
Kondisi ini biasanya dikenal dengan nama Backlight, imbuhnya.
Hasil yang sering terjadi adalah siluet, di mana obyek menjadi bayang-bayang hitam, imbuh Ardany yang membuat diskusi semakin asyik.

Penyebabnya karena cahaya di belakang si obyek begitu kuat sehingga mengakibatkan sistem metering dari kamera kita tak mampu mengukur shutter speed ataupun apperture yang seharusnya.

Akan tetapi dengan cara pemotretan "matering nol" (sesuai mata melihat) maka hasilnya justru bisa luar biasa.

Itulah perbincangan kami, yang dapat lanjutkan mengulas satu persatu dari puluhan foto yang sudah terkumpul. Tiap foto kami diskusikan, sesuai tema atau tidak. Kelebihannya apa dan kekurangan apa. Saling sharing tak bermaksud menggurui, seperti komitmen awal wadah ini dibentuk.

Terowongan Purwokerto setoran dokter Praminto yang pemburu sepur
Terowongan Purwokerto setoran dokter Praminto yang pemburu sepur
Tak ada yang salah pada foto, ungkap dokter Praminto. Tergantung siapa yang mengkonsumsi foto kita. Karena setiap foto pasti punya cerita saat pengambilannya. Jadi foto itu relatif, hanya sesuai kategori yang disepakati atau tidak.

Malam ini kami  membahas backlight. Kegiatan ngobrol bareng Rabuan Malem di rumah Mbakyu Kantri yang setengah tahun terakhir kami turunkan.

Orang sering mengeluh saat memotret dalam kondisi  menantang cahaya. Hasil akan gelap dan saturasi warna kacau. Lewat obrolan Reboan Malam kami saling berbagi, bagaimana mensiasati atau bahkan memanfaatkan situasi. Seringkali malah mendapatkan foto yang dramatis, namun sekali lagi ada caranya dan ada ilmunya.

Matahari tertusuk ilalang, kiriman mas Ardany
Matahari tertusuk ilalang, kiriman mas Ardany
Pada intinya yang harus diperhatikan dalam foto backlight antara lain:
Pemilihan lokasi, agar sumber cahaya (matahari) bisa tertutupi sebagian atau penuh. Pilih pohon, gedung ataupun benda untuk menyaring ganasnya cahaya.

Pengaturan metering harus akurat, metering nol  (apa yang dilihat mata). Usahakan target mendapatkan pencahayaan secara benar. Sehingga tidak muncul gelap, kecuali kalau diniati siluet. Atau pencahayaan terbaik bisa didapat lewat spot metering yang diukur ke bagian tergelap target.

Pada lorong waktu, dari HP Xiaomi
Pada lorong waktu, dari HP Xiaomi
Penggunaan mode manual, karena mode auto lebih cenderung mengukur pencahayaan keseluruhan, padahal target yang dibidik yang diukurnya.

Gunakan sumber cahaya alternatif, misal flash atau pantulan cahaya untuk menerangi target.

Motret backlight di sore atau pagi hari lebih bagus dibanding siang hari. Bonus cahaya keemasan sering didapatkan pagi ataupun sore sehingga akan menguatkan warna target kita.

Ardany menambahkan, saat memotret landscape jangan terbuai dengan warna indahnya langit sehingga mengurbankan target yang sesungguhnya.

Sarjana Turki setoran mas Damar Sasongko, sindiran buat saya yang suka Turut Kijing (kuburan)
Sarjana Turki setoran mas Damar Sasongko, sindiran buat saya yang suka Turut Kijing (kuburan)
lensa lanang setoran penulis
lensa lanang setoran penulis
Beruntung kami punya wadah berupa Beku Institute, tempat kami berbagi, tempat kami berdiskusi tentang fotografi.

Beku Institut adalah komunitas penghobi fotografi di Ponorogo dari berbagai perbedaan latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan perbedaan lainnya. Di dalamnya ada kegiatan belajar tentang fotografi baik secara formal maupun informal, baik untuk lingkup Beku Institut maupun luar Beku Institut.

Undangan kami
Undangan kami
Harapan ke depan, Beku Institut bermanfaat bagi anggotanya, bagi kemajuan fotografi di Ponorogo khususnya, bisa memberikan sumbangsihnya dalam bentuk karya fotografi sehingga menjadi media komunikasi terutama tentang seluk beluk Ponoragan.

Tunggu resume tema-tema yang lainnya dari kami Beku Institute.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun