Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

FEFO, Latar, dan Geliat Sineas Ponorogo Menjemput Mimpi

3 Juni 2016   18:19 Diperbarui: 3 Juni 2016   20:55 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barong & Jathil Menjemput Mimpi, Nurazis Widiyanto dok

"Gedung kesenian ini milik kita, reyog ini milik kita, film-film ini milik kita, kita wajib menjaganya, kita wajib melestarikannya..." kata Bupati mepersilakan memakai gedung kesenian.
Bupati bangga banyak seniman muda yang terlibat, diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi seniman lain di Ponorogo. Banyak seniman di Ponorogo yang berpikir tradisional, hanya sekedar penyuka seni. Bupati berharap seniman bisa hidup dari seni yang digelutinya, bukan sekedar hobi atau hiburan semata.

[caption caption="angkringan Solo masuk gedung kesenian "]

[/caption]

[caption caption="panitia dan poster-poster film"]

[/caption]

Selain film di atas masih ada 6 film lagi yang diputar berurutan. Film-film adalah tersebut karya sineas Ponorogo.
Bupati dan undangan seksama menonton duduk lesehan pada tikar sambil menikmati minuman dan camilan dari angkringan yang di boking panitia.

"Saya mohon film-film tentang budaya Ponorogo khususnya reyog agak diperbanyak, sekalian obyek-obyek wisata menjadi lokasi pengambilan gambar yang tujuannya untuk promosi..." pinta Bupati.

Dalam pembukaan kemarin juga dicanangkan film masuk desa yang beri tajuk LATAR, Layar Tancap Rakyat.
FEFO mencari cara bagaimana masyarakat berpartisipasi, dengan memperbanyak pemutaran film salah satunya.

Materi film yang akan diputar tidak hanya tentang Ponorogo, tapi film-film bikinan anak Ponorogo yang ada di perantauan juga akan diputar.
Menurut Nur Azis pihaknya sudah berkoordinasi dengan anak-anak Ponorogo yang menggeluti sineas.

Dia bercita-cita ingin membangkitkan film lokal, dan memasyarakatkan film lokal. Rencananya akan memutar di 6 desa tiap bulannya. Seni bukan sesuatu yang eklusif lagi, seni adalah kebutuhan tutur Nur Azis.

[caption caption="Penampilan Lusa Band"]

[/caption]

[caption caption="BEKU, pametan photography "]

[/caption]

Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan penggiat seni lainnya untuk berkolaborasi tampil bersama. Teater, puisi, band lokal yang sedang hits "Lusa band" dan potografy seperti yang terlihat pada pembukaan kemarin. Lorong masuk dihiasi foto-foto tentang budaya dari teman-teman Beku, sehingga pengunjung tidak melulu dihibur dengan film saja. Bupati dibuatnya geleng-geleng oleh fotografer yang tergabung dalam BEKU tersebut. Foto-foto tentang Ponoragan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun