Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Cerita Wedang Asem dan Ati Arab di Angkringan Lik Adi Jogja

24 Maret 2016   09:54 Diperbarui: 25 Maret 2016   02:26 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Angkringan 'Nganggo Suwe' di pertigaan menuju Kota Gede dan Giwangan"][/caption]Gerimis sepanjang jalan mulai pintu gerbang makam Kota Gede sampai jalan besar pertigaan menuju Giwangan. Pakaian sudah terlanjur basah percuma bila mengeluarkan jas hujan (mantel) dari balik jok motor. Semakin lama semakin deras, akhirnya saya menyerah berhenti untuk berteduh di emperan toko sekitaran Kota Gede. Tengok sana tengok sini mencari warung angkringan yang terdekat. Hanya satu warung yang terihat ramai meski jam sudah menunjukan jam 1 malam. Nama warungnya lucu "Ngango Suwe", mungkin kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia "Pakai Lama" alias boleh berlama-lama di warung. Mungkin juga dalam melayani akan lama, itulah yang ada dalam pemikiran saya ketika membaca lembaran spanduk yang dipasang di depan warung.

Warung lumayan ramai, namun begitu masih ada tempat duduk kosong. Saya lebih memilih yang lesehan sebelah kiri, saya takut baju saya yang kemel (setengah basah) mengganggu pengunjung lainnya. Hampir seperemat jam saya duduk saya ndak juga dilayani, mungkin ini yang dimaksud dengan "nganggo suwe". Saya lihat orang keluar masuk, yang datang setelah saya sudah dilayani, namun saya juga belum. Akhirnya saya berdiri melihat situasi, ternyata datang langsung mendekati penjual dan memesan minuman.

[caption caption="wedang asem kawak"]

[/caption]"Ngersakne nopo mas?" tanya lelaki berpeci.

Saya masih bingung mau minum apa, saya menginginkan minuman hangat yang bisa menghangatkan tubuh. 

"Niko mas daftare..." kata penjual berpeci tersebut sambil menunjuk daftar menu makanan dan minman yang terpampang di dinding sebelah utara.

Saya diam dulu, melihat-lihat apa yang paling banyak di minum orang di warung itu. Kebanyakan pengujung minum minuman yang berwarna coklat. 

"Koyo sing dipesen mbake mau mas...." kata saya sambil mengamati minuman yang dibawa 2 perempuan muda yang barusan lewat di depan saya.

"Iku wedang asem mas..., di weneh jae opo ora?" tanya mase yang berpeci, saya hanya menggeleng.

Tak begitu lama wedang asem sudah jadi dan ditaruh di meja kecil dekat tempat saya duduk lesehan.

Saya aduk pelan, warnanya perlahan menjadi coklat, asam yang berwarna coklak kehitaman tersebut berhamburan ketika sendok panjang saya mengganggunya. Saya amati perlahan sambil mengaduk campuran apa yang ditaruh digelas, namun keburu tertutupi warna coklat sehingga sulit membedakan mana gula dan asam.

Perlahan saya iling (tuang) pada lepek (tatakan gelas), bau harum asam terasa, baunya antara campuran asam dan gula merah (gula jawa). Baunya seperti minuman asam jawa yang dikemas di supermarket, hanya saja bendanya di warung ini disajikan panas sedangkan di supermarket biasanya dingin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun