Mohon tunggu...
Iip Rifai
Iip Rifai Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Penulis Buku PERSOALAN KITA BELUM SELESAI!, 2021 | Pernah Belajar @Jurusan Islamic Philosophy ICAS-Paramadina, 2007 dan SPK VI CRCS UGM Yogyakarta, 2015

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Refleksi Sahur bersama Syamsul di Bojong Nangka*

19 April 2021   10:23 Diperbarui: 19 April 2021   11:47 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tahun ke belakang, semasa masih sendiri (bujangan) dan ngekos di perantauan, sahur adalah waktu yang tak pernah tertib untuk bangun dan bersantap kecuali dipaksa dan ditemani seorang kawan yang satu kosan, Syamsul Anam, namanya. Kebetulan saya tak pernah sendiri saat ngekos, minimal berdua.

Setelah salat isya dan tarawih (jika sedang mood) kami biasanya ngopi atau nge-teh bareng sembari menghabiskan sisa menu buka puasa yang tak tertampung mulut dan perut.

Menonton televisi saluran berita atau sesekali mengikuti sinetron berseri  adalah kegiatan kami lainnya yang sistematis juga terstruktur. Terlebih jika ada siaran langsung sepak bola Liga Inggris, Spanyol atau Italia, bisa dipastikan kami tak akan tidur hingga waktu sahur itu tiba.

Dalam konteks di atas, ada dua alternatif yang akan kami lakukan : Pertama, kami akan menyiapkan motor untuk hunting santap sahur di luar, di warung-warung makan yang biasa menyuguhkan hidangan santap sahur bagi para perantau yang di tempat kosnya tak mempunyai fasilitas atau peralatan masak-memasak, layaknya sebuah dapur.

Kedua, kami  akan memasrahkan diri menghadapi puasa hari itu dalam keadaan lebih lemas karena meninggalkan santap sahur tersebut. Biasanya kegiatan sahur, kami lakukan hanya dengan meminum air putih 2-3 gelas, sebagai syarat sahur.

Dipastikan, setelah salat subuh kami akan "menikmati" tidur indah tanpa harus "babibu" lagi, hingga di kemudian waktu akan dibangunkan oleh suara berisik alarm yang telah diseting sebelumnya, agar kami tak kesiangan masuk kerja, yang kebetulan juga, waktu masuk kerja lebih siangan dari waktu normal di mana kami biasa bekerja.

Untuk akhir pekan, kami biasanya bangun dari tidur indah nan panjang tersebut menjelang azan zuhur.  Sebuah capaian  tidur yang luar biasa, di satu sisi bisa bernilai ibadah  atau justru sebaliknya, tidak mempunyai nilai ibadah sama sekali di hadapan Allah SWT.

Catatan pentingnya justru bukan terletak dalam tidur pulas dan panjang di atas, tetapi terletak pada  keberkahan sahur yang kami laksanakan meski hanya dengan 2-3 tegukan air putih.

-----------------

*Bojong Nangka adalah sebuah kampung kecil di wilayah Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, yang pernah berjasa dalam riwayat hidup kami saat menerjemahkan cita-cita yang masih misterius, saat itu (2009).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun