Mohon tunggu...
Iip Rifai
Iip Rifai Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Penulis Buku PERSOALAN KITA BELUM SELESAI!, 2021 | Pernah Belajar @Jurusan Islamic Philosophy ICAS-Paramadina, 2007 dan SPK VI CRCS UGM Yogyakarta, 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indonesia Rumah Bersama: Dialog dan Toleran

10 Juni 2020   05:56 Diperbarui: 10 Juni 2020   06:36 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum masuk ke dalam rumah besar bersama yang bernama Indonesia, serta menyoal urusan-urusan yang besar pula, yaitu bagaimana menciptakan keharmonisan hidup ketika berbangsa dan bernegara. Saya mau menyodorkan "pertanyaan pengantar" terlebih dahulu sebagai berikut: "Apakah urusan terkecil di dalam rumah tangga Anda sudah diselesaikan dengan pasangan Anda, tentunya?"

Sebut saja misalnya, urusan risiko dapur agar terus ngebul di tengah pandemi sekarang,  atau urusan belanja kosmetik istri Anda yang belum komplit, serta urusan cicilan kendaraan, rumah dan barang-barang elektronik yang masih berjangka lama dan panjang. Pula sejumlah pertanyaan lain yang serupa.

Pertanyaan pengantar kedua yang saya ajukan terkait konflik atau isu perselisihan keluarga Pipih dan Mimih. Dalam konteks ini, Aurel-Azriel versus Mimih Krisdayanti. Menurut info gosip di medsos, melibatkan juga Raul Lemos, suami kedua Kris.  

"Bagaimana Anda melihat konflik yang berlangsung? Apakah proses penyelesaian juga sudah ditempuh atau justru konfliknya semakin menjadi-jadi? Bagaimana sikap kedua belah pihak tersebut memetakan konflik internal? Apakah publik mendapatkan sumbangan keteladanan dari konflik keluarga selebriti di atas? Atau justru sebaliknya, nihil?

Melihat perkembangan kasus viral di atas, tiba-tiba saya teringat pada satu pertanyaan yang ditulis seorang peneliti muda, Wahyudi Akmaliah, dalam status facebook-nya kemarin (9 Juni 2020) Tulisnya demikian: "Aurel-Azriel vs Mimi. Kamu posisinya di mana?" 

Menurut saya, pertanyaan di atas, secara implisit mengajak publik untuk menentukan keberpihakan kepada siapapun dari mereka, yang mampu menyikapi "perseteruan" tersebut, dengan sikap positif, arif dan bijak. Tebakan saya demikian. Mohon maaf, jika jawaban spekulasi saya meleset dari yang beliau maksud.

Sekarang,  jika kita tarik wacana di atas ke dalam tema "Indonesia Rumah Bersama" di bawah ini, masih ada titik temu yang kita bisa jadikan sebagai ibrah (baca: pelajaran) terutama pelajaran penting tentang bagaimana menyikapi sebuah konflik dengan positif dan terbuka.

Indonesia Rumah Bersama

Bicara Indonesia, tentu kita akan bicara tentang kemajemukan. Kemajemukan adalah sebuah keniscayaan karena ia langsung datang dari Tuhan sebagai pemberian yang tak bisa ditolak. Itulah yang kita kenal sebagai takdir. Dalam teologi Islam disebut sebagai sunatullah.

Indonesia yang majemuk dalam berbagai hal adalah ciri khas dan unik dari keindonesiaan itu sendiri. Jika kita runut memakai pertanyaan, banyak soal yang bisa diajukan dalam konteks ini, misalnya ; Berapa jumlah kepaulauan yang dimiliki negara ini, selain ia juga memiliki agama, kepercayaan, suku, ras, bahasa daerah dan sejenisnya? Bukan Indonesia, namanya, jika 'penghuni rumahnya' homogen.

Sangat wajar, jika ditemukan dinamika, friksi hingga konflik, di tengah perjalanannya. Dari gesekan internal hingga konflik komunal. Jika kita lihat sejarah masa lalu, ada beberapa kasus yang pernah terjadi di negeri  ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun