Mohon tunggu...
BungRam
BungRam Mohon Tunggu... Konsultan - Pemerhati pendidikan, konsultan program pendidikan

Book lover, free traveller, school program consultant, love child and prefer to take care for others

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Menulis?

24 September 2020   05:00 Diperbarui: 24 September 2020   05:34 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kolase diolah pribadi

Menulis menjadi medium untuk melakukan perubahan, memberikan pesan kepada pembacanya agar melakukan suatu keinginan,  baik keinginan penulis  ataupun keinginan pembaca sendiri yang tidak pernah terungkapkan.

Di era sekarang, menulis menurut saya  menemukan masanya yang hampir semua penulis lama tidak rasakan. Konten media sosial, menjadi "makanan" sehari-hari sebelum makanan utama di pagi hari. Kebebasan berekspresi lewat tulisan, atau postingan gambar meski dibatasi dengan "ancaman" Undang-Undang ITE tetap marak bahkan membentuk berbagai kelompok dalam lapisan masyarakat. 

Sekedar untuk mengeluh, pamer, dan sok keren, bahkan mengancam atau nyinyir mudah diunggah lewat 'update status' media sosial. Ya sejatinya sekarang menulis sudah menjadi budaya kita, lewat media sosial pastinya.

Sedikit catatan tentang sejarah orang-orang penulis untuk tujuan ekspresi diri dan penyampaian pesan: Soe Hok Gie, misalnya, ia menulis sebagai wahana mengekspresikan diri. Lewat tulisan, ia tumpahkan keluh kesah, baik berbentuk artikel di media-media massa maupun dalam bentuk cacatan-catatan harian.

Pramoedya Ananta Toer melahirkan karya besar 'Bumi Manusia' selama menjalani empat belas tahun tahanan politik di masa Orde Baru, meski saat itu ia benar-benar mendapat larangan untuk menulis. Taufiq Ismail memenuhi koleksi karya sastra di negara ini dengan kritik sosial politiknya lewat karya puisi dan  lirik lagu.

Kini setiap kita punya masa yang lebih indah dari mereka, maksudnya kebebasan berekspresi layaknya mengaduk kopi. Adukan akan sama, meski isi kopi dan rasanya berbeda.

Mengapa menulis? Karena kita manusia yang diberi kemampuan mencerna dan menyampaikan hasil indera. Berbeda dengan simpanse yang konon kemampuan kognitifnya hampir menyamai manusia, tetap ia tetaplah kelompok primata, yang hingga bumi ini menjadi rata, tidak akan melahirkan karya misalnya tetralogi 'primata menuntut keadilan' atau lirik lagu 'jangan perkosa hutan'.

Mari menulis!
(BungRam-0920)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun