Kalau ada yang bilang Indonesia bakal jadi langganan juara, belum tentu juga. Ingat lagi, di Piala AFF 2010 kita dibuat tersandung oleh Malaysia di leg pertama partai final. Padahal tetangga berisik ini pernah digasak 5-1 di fase grup.
Mundur ke edisi 2014, Singapura yang mempermalukan Indonesia. Bahkan kali itu tidak tanggung-tanggung kalahnya. Tim Garuda selalu keok dalam dua leg partai final, masing-masing 1-3 di Jakarta dan 1-2 di kandang lawan.
Filipina juga kuda hitam yang tidak boleh disepelekan begitu saja. Semakin kemari, kualitas permainan Pasukan Pinoy tambah baik. Indonesia beruntung bisa menang di laga terakhir fase grup Piala AFF 2022.
Berbekal pengalaman memenangkan AFF Archipelago Cup, diharapkan mental para pemain Indonesia lebih kuat. Sudah pernah jadi juara, gitu lo! Harapannya, kesuksesan di level paling rendah ini dapat dijadikan pengungkit untuk menggapi prestasi-prestasi yang lebih prestisius.
Dimulai dari merengkuh AFF Super Cup alias mengalahkan Thailand atau Vietnam, lalu kembali memenangkan medali emas cabang sepak bola SEA Games (kita sudah nirgelar di kompetisi ini selama 31 tahun, btw), sampai kemudian berbicara banyak di level Asia.
Sebelum menutup mata, saya ingin sekali melihat Indonesia bermain di Piala Dunia. Jika memakai standar usia harapan hidup penduduk Indonesia di tahun 2022, yakni 71,85 tahun, maka saya masih punya waktu setidaknya 30 tahun lagi.
Dalam rentang 30 tahun ke depan ada 7 Piala Dunia: 2026, 2030, 2034, 2038, 2042, 2046, 2050. Masa iya dari tujuh pergelaran itu tidak sekalipun Indonesia bisa mengikutinya? Keterlaluan sekali kalau sampai terjadi.
Sebelum impian besar itu terkabul, melihat Indonesia jadi juara AFF Archipelago Cup dulu tidak apa-apalah.