Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Enggak Butuh STB karena Sudah Lama Tinggalkan Televisi

3 November 2022   23:53 Diperbarui: 4 November 2022   10:33 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi TV digital. Masyarakat yang tinggal di daerah berikut harus beralih ke TV digital setelah penerapan ASO tahap 2 di Jawa Timur.(istimewa via kompas.com)

Eksistensi YouTube inilah yang membuat saya benar-benar melupakan televisi. Saya lebih akrab dengan nama-nama seperti Eno Bening, VNGNC, Agung Hapsah, Edho Zell atau kanal seperti Layaria, Gak Penting Sih, juga Grombyang Pictures ketimbang deretan artis yang berseliweran di layar kaca beserta program yang mereka bawakan.

Nama-nama yang saya sebutkan di atas merupakan pelopor kreator konten YouTube Indonesia. Tepatnya ketika YouTube masih belum terlalu kapitalis dan sangat mendukung penuh kreativitas individual.

Kini, YouTube telah sangat berubah dan ujung-ujungnya "dikuasai" korporasi televisi juga. Namun setidaknya di YouTube kita bisa bebas merdeka menentukan pilihan. Mana yang ingin ditonton dan mana yang tidak, sepenuhnya ditentukan sendiri oleh kita.

Saya sendiri lebih senang menonton kanalnya Malini Angelica atau Yes Theory ketimbang tayangan wisata di televisi nasional. Untuk acara seru-seruan, saya lebih suka menyaksikan tingkah Mr Beast dan kawan-kawannya ketimbang acara-acara ... you name it.

Istri saya lebih suka membuka kanal Lis Achmady untuk mencari resep-resep kekinian ketimbang menunggu program kuliner di televisi. Anak-anak saya yang berusia 4,5 tahun lebih suka menonton video-video Masha di YouTube ketimbang tayangan animasi di tivi.

Jangan lupakan pula kebebasan kita untuk terus menyaksikan iklan yang ditampilkan atau tidak di YouTube. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukan saat menonton siaran televisi.

Saya sih, sebagai sesama content creator, biasanya menonton iklan antara 31-35 menit, baru kemudian tekan tombol "Skip Ads".

Karena sejak lama sudah tidak akrab dengan televisi dan lebih condong pada YouTube inilah, saya tidak ikut-ikutan geger ketika kakak ipar dan mertua di kiri-kanan sibuk mencari set top box (STB) demi mendigitalkan pesawat televisi lawas mereka.

Demi tetap dapat mengikuti program favorit mereka, lebih tepatnya.

Bahkan ketika beberapa bulan lalu pesawat televisi di rumah rusak berbulan-bulan, saya dan anak-anak anteng saja. Kami sama sekali tidak kebingungan apalagi merasa kehilangan sumber hiburan maupun sumber informasi.

Justru kemudian ibu mertua yang sibuk mencarikan jasa servis, tetapi setelah bener itu televisi dianggurin saja oleh kami. Benar-benar tidak pernah dihidupkan lagi sejak terakhir kali dites oleh si tukang servis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun