Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengejutkan! Indonesia Lolos ke Piala Dunia Tahun Ini

24 Juni 2022   03:30 Diperbarui: 24 Juni 2022   03:34 2161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain timnas Garuda Inaf melakukan sujud syukur di Bangladesh. FOTO: Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia (PSAI)

Berbeda dengan pelepasan tim-tim olahraga yang membela nama negara lainnya, kepergian timnas Garuda Inaf terasa sangat sepi. Sutomo mengistilahkannya sebagai "di tengah kesunyian" saking sepinya dukungan dan pemberitaan media.

Rekaman pertandingan Indonesia melawan Malaysia di putaran kualifikasi Piala Dunia Amputasi 2022. FOTO: PSAI
Rekaman pertandingan Indonesia melawan Malaysia di putaran kualifikasi Piala Dunia Amputasi 2022. FOTO: PSAI

Berprestasi dalam Keterbatasan

Tak cuma sepi pemberitaan, timnas Garuda Inaf juga minim dukungan dana serta fasilitas. Sebelum berangkat ke Bangladesh, Sutomo dan para pengurus PSAI musti pontang-panting cari dana untuk mengongkosi tim.

Keberangkatan ke Bangladesh dapat terwujud berkat bantuan beberapa pihak. Namun demikian para pemain harus benar-benar berhemat di sepanjang perjalanan. Bahkan PSAI masih punya tanggungan utang pada agen perjalanan.

Tak cuma secara tim, masing-masing pemain juga punya problematikanya sendiri terkait pembiayaan. Misalnya Muhammad Lucky yang harus patungan dengan teman setim untuk membeli sepatu. Karena hanya memerlukan sepatu sebelah kanan, Lucky mencari teman yang kakinya kiri.

Muhammad Shidiq Bashiri alias Bahir, penggawa timnas Garuda Inaf lainnya, menceritakan bagaimana dirinya musti berutang Rp 1 juta untuk keperluan membuat paspor dan ongkos. Pemuda berusia 23 tahun ini berasal dari Jember, sehingga butuh biaya transportasi ke Jakarta sebelum bersama-sama tim terbang ke Bangladesh.

Pada saat mereka transit di Malaysia, Sutomo menambahkan, para pemain harus bergantian minum sebotol air mineral. Satu botol air untuk 18 pemain! Ini terjadi karena anggaran mereka begitu tipis sehingga harus benar-benar dihemat.

Jika Indra Sjafrie bisa mengajak Shin Tae-yong dan tim asuhannya makan enak di restoran semasa di Kuwait, Sutomo hanya mampu membawa para pemain tim Garuda Inaf bersantap di warteg. Jangan tanya soal menu khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi tiap-tiap pemain.

Namun keterbatasan dan minimnya dukungan tak menyurutkan semangat Bahir, Lucky, Aditya, dan para pemain lain. Mereka tampil penuh motivasi sehingga mampu mengamankan satu tiket ke Piala Dunia Amputasi 2022.

Selepas mendapat kepastian lolos, para pengurus PSAI rajin melakukan pendekatan ke sejumlah pihak terkait. Hasilnya manis. Pemberitaan mulai ramai, mengabarkan prestasi yang dicapai Aditya, dkk. Termasuk undangan dari salah satu program televisi nasional.

Dukungan pun berdatangan dari banyak pihak. Pada saat melangsungkan pertandingan uji coba di Jakarta International Stadium, akhir Mei lalu, jersey pemain dihiasi merek elektronik ternama. Dikutip dari laman Antara, Menpora Zainudin Amali juga berkomitmen untuk memberi dukungan penuh bagi tim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun