Mohon tunggu...
Drh. Chaidir, MM
Drh. Chaidir, MM Mohon Tunggu... profesional -

JABATAN TERAKHIR, Ketua DPRD Provinsi Riau Periode 1999-2004 dan Periode 2004-2008, Pembina Yayasan Taman Nasional Tesso Nillo 2007 s/d Sekarang, Pembina Politeknik Chevron Riau 2010 s/d sekarang, Ketua Dewan Pakar DPD Partai Demokrat,Riau 2009 s/d 2010, Wakil Ketua II DPD Partai Demokrat Riau 2010 s/d 2015, Anggota DPRD Tk I Riau 1992 s/d 1997, Wakil Sekretaris Fraksi Karya Pembangunan DPRD Tk I Riau 1993 s/d 1998, Ketua Komisi D DPRD Tk. I Riau 1995 s/d 1999, Ketua DPRD Provinsi Riau 1999 s/d 2004, Ketua DPRD Provinsi Riau 2004 s/d 2008, Wakil Ketua Asosiasi Pimpinan DPRD Provinsi se-Indonesia 2001 s/d 2004, Koordinator Badan Kerjasama DPRD Provinsi se-Indonesia Wilayah Sumatera 2004 s/d 2008, Pemimpin Umum Tabloid Serantau 1999 s/d 2000, Pemimpin Umum Tabloid Mentari 2001 s/d 2007, Anggota Badan Perwakilan Anggota (BPA Pusat)AJB Bumiputera 1912 2006 s/d 2011, Ketua Harian BPA AJB Bumiputera 1912 (Pusat)2010 s/d 2011, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jurusan Ilmu Pemerintahan UIR Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jur Ilmu Komunikasi Univ Riau Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi DWIPA Wacana 2011

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Memaknai Hari Nusantara

12 Desember 2011   16:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:26 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Oleh drh. Chaidir

HARI ini Kota Dumai bertabur bintang. Para bintang itu membuat Dumai terlihat cemerlang. Bintang gemintang itu adalah para jenderal dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Laut dan Udara, yang tumpah ruah di kota itu. Beberapa pesawat Hercules bermesin empat sudah beberapa hari ini mondar-mandir Jakarta-Dumai, sebagian singgah di Pekanbaru. Dari arah laut pula, armada TNI Angkatan Laut gagah perkasa memenuhi lautan di lepas pantai. Mereka meneriakkan Jales veva jayamahe – di laut kita jaya.

Sebagaimana diberitakan berbagai media, ada 55 unit armada kapal perang KRI akan mengikuti peragaan latihan perang bersama pasukan TNI dari tiga angkatan, yaitu AL, AD, AU. Latgab perang itu juga akan memamerkan peralatan militer, di antaranya, 8 pesawat tempur jenis Hawk, 9 pesawat Hercules, 8 jet tempur F16, dan 17 armada tempur darat dengan melibatkan 3.500 tentara.

Dumai sebagai kota Bandar raya terkemuka di Provinsi Riau dengan pelabuhan samuderanya, bertuah mendapat anugerah sebagai tuan rumah perayaan peringatan Hari Nusantara Tingkat Nasional. Perayaan ini tentu akan menjadi kenangan bagi masyarakar Riau umumnya dan masyarakat Dumai khususnya. Rangkaian acara perayaan, di antaranya latihan perang laut dan udara yang melibatkan pesawat tempur dan kapal perang pasti mengesankan dan mendebarkan hati.

Sekilas, perayaan Hari Nusantara Tingkat Nasional di Dumai terkesan hanya sebuah acara seremonial, apalagi stigma yang terbentuk, petinggi kita sangat gandrung agenda-agenda seremonial. Dumai seakan dipaksakan menjadi “Kuda Troya”, mengingat sarana dan prasarana kota yang masih sangat terbatas. Namun perayaan kali ini beda. Peringatan Hari Nusantara memiliki makna yang sangat dalam. Peristiwa yang melatar belakangi ditetapkannya Hari Nusantara pada tanggal 13 Desember memiliki sesuatu yang sangat monumental bagi Negara Republik Indonesia. Sejarah adanya Hari Nusantara bermula dari munculnya Deklarasi Djuanda yang dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja.

Perdana Menteri Djuanda dengan gagah berani mendeklarasikan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, laut di antara kepulauan dan laut di dalam kepulauan. Dengan demikian daratan dan kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Kita tidak mau ada perairan internasional diantara pulau-pulau di kepulauan nusantara. Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip negara kepulauan (Archipelagic State), sehingga laut-laut antarpulau pun merupakan wilayah Republik Indonesia, bukan kawasan bebas. Deklarasi Djuanda juga merupakan landasan struktural dan legalitas bagi proses integrasi nasional Indonesia sebagai negara maritim. Sebelum deklarasi ini, masyarakat internasional mengakui bahwa batas laut teritorial hanya selebar 3 mil laut dihitung dari garis pantai terendah.

Deklarasi Djuanda tersebut tentu saja mendapat tantangan, namun konvensi internasional kemudian memberikan pengakuan. Maka, wilayah laut yang dapat dimanfaatkan mencapai 5,8 juta kilometer persegi terdiri atas 3,1 juta kilometer persegi perairan Indonesia (meningkat luasnya 57 kali dari hanya sekitar 100.000 km2 warisan Hindia Belanda) dan 2,7 juta kilometer persegi perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Jumlah seluruh pulau mencapai 17.480 pulau besar dan kecil (setelah 24 pulau-pulau kecil dinyatakan tenggelam dan tidak dicantumkan lagi pada peta laut), sedangkan panjang garis pantai pulau-pulau nusantara mencapai 95.181 km lebih, yang merupakan garis pantai terpanjang keempat di dunia. Fakta fisik inilah yang menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.

Dan Dumai kini menjadi bagian dari sejarah itu. Dumai telah mencatatkan nama dalam tonggak peringatan Hari Nusantara. Semoga tuah Deklarasi Djuanda dan kehadiran para bintang di kota Dumai menjadi motivasi bagi pengembangan Dumai menjadi Kota Bandar Raya terkemuka. Dumai ingin mengenang dan dikenang.

Tentang Penulis : http://drh.chaidir.net

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun