Mohon tunggu...
Drh. Chaidir, MM
Drh. Chaidir, MM Mohon Tunggu... profesional -

JABATAN TERAKHIR, Ketua DPRD Provinsi Riau Periode 1999-2004 dan Periode 2004-2008, Pembina Yayasan Taman Nasional Tesso Nillo 2007 s/d Sekarang, Pembina Politeknik Chevron Riau 2010 s/d sekarang, Ketua Dewan Pakar DPD Partai Demokrat,Riau 2009 s/d 2010, Wakil Ketua II DPD Partai Demokrat Riau 2010 s/d 2015, Anggota DPRD Tk I Riau 1992 s/d 1997, Wakil Sekretaris Fraksi Karya Pembangunan DPRD Tk I Riau 1993 s/d 1998, Ketua Komisi D DPRD Tk. I Riau 1995 s/d 1999, Ketua DPRD Provinsi Riau 1999 s/d 2004, Ketua DPRD Provinsi Riau 2004 s/d 2008, Wakil Ketua Asosiasi Pimpinan DPRD Provinsi se-Indonesia 2001 s/d 2004, Koordinator Badan Kerjasama DPRD Provinsi se-Indonesia Wilayah Sumatera 2004 s/d 2008, Pemimpin Umum Tabloid Serantau 1999 s/d 2000, Pemimpin Umum Tabloid Mentari 2001 s/d 2007, Anggota Badan Perwakilan Anggota (BPA Pusat)AJB Bumiputera 1912 2006 s/d 2011, Ketua Harian BPA AJB Bumiputera 1912 (Pusat)2010 s/d 2011, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jurusan Ilmu Pemerintahan UIR Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jur Ilmu Komunikasi Univ Riau Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi DWIPA Wacana 2011

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berkawan Biarlah Seribu

17 Januari 2012   12:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:46 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh drh Chaidir

UNGKAPAN tersebut selengkapnya berbunyi, berkawan biarlah seribu, bermusuh biarlah satu. Tapi ada juga yang bilang, berkawan biarlah seribu berkasih biarlah satu. Apapaun namanya, perkawanan itu tetap lebih penting.

Manusia adalah makhluk sosial. Fitrahnya memang demikian, manusia bukan makhluk soliter yang betah hidup menyendiri seperti beruang kutub. Barangkali hanya dalam imajinasi pengarang sufi bangsa Persia, Nizami Ganjafi, tokoh Majnun bisa hidup menyendiri sampai mati demi keagungan cintanya kepada Laila, sang kekasih, selebihnya tidak, apalagi dalam alam nyata. Manusia tidak bisa hidup sendiri. Dia membutuhkan orang lain dalam lingkungan kehidupannya untuk berinteraksi.

Filsuf Aristoteles (tahun 300 Sebelum Masehi), murid Plato, menggunakan istilah zoon politicon. Zoon berarti hewan, politicon berarti bermasyarakat. Secara harfiah istilah itu berarti hewan yang bermasyarakat. Tetapi istilah tersebut sebenarnya dipakai oleh Aristoteles dalam menerangkan sifat naluri manusia yang memerlukan masyarakat dalam hidupnya satu hal yang membedakannya dari hewan pada umumnya.

Adam Smith, seorang filsuf yang berlatar belakang ekonomi, menyebut homo homini socius, manusia menjadi sahabat bagi manusia lainnya. Penghargaan, anugerah, harga diri, marwah, respek, apresiasi, reputasi, martabat, dan sebagainya baru akan memiliki makna bila ada lingkungan sosial. Manusia adalah makhluk yang mencari kesempurnaan dirinya dalam tata hidup bersama. Manusia lahir, tumbuh dan menjadi dewasa karena dan bersama manusia lain. Adam Smith lebih jauh menyebut, manusia merupakan makhluk ekonomi (homo economicus), makhluk yang cenderung tidak pernah merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan selalu berusaha secara terus menerus dalam memenuhi kebutuhannya.

Dalam persaingan memperebutkan kebutuhannya manusia bahkan tidak segan-segan menjadi homo homini lupus, sebuah gagasan yang dipopulerkan oleh filsuf Thomas Hobbes. Manusia yang satu menjadi serigala bagi manusia lainnya. Kendati manusia bersaing satu dengan lainnya demi mempertahankan kepentingan, dan itu jamak terjadi dalam masyarakat modern, tetap saja gagasan homo homini lupus itu terasa sangat kejam. Namun sayangnya kekejaman itu nyata terjadi di tengah masyarakat, ketika akal budi dikalahkan oleh kepentingan sempit.

Manusia adalah homo sapiens, makhluk pemikir, yang dengan mudah sebenarnya bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk, mana yang penting mana yang ugent, mana yang prioritas mana yang tidak. Tak kira seberapa besar gelombang yang menghadang hubungan sosial, perilaku organisasi, hubungan pertemanan, sehingga kebenaran diketepikan tanpa basa-basi, akal budi tetaplah harus menjadi pilar utama, sesuatu yang menjadi ruh pertemanan, sesuatu yang membedakan kelompok makhluk yang bernama manusia dengan kelompok satwa. Alamaaak...

Tentang Penulis : http://drh.chaidir.net

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun