Mohon tunggu...
Bunga nurmaulidyarr
Bunga nurmaulidyarr Mohon Tunggu... Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Hobi travelling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perkembangan kurikulum Pendidikan di Indonesia; Dari Masa ke Masa

20 Mei 2025   19:20 Diperbarui: 20 Mei 2025   16:46 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada tahun 1945 tepatnya hari kemerdekan Indonesia, kurikulumnya berubah sembilan kali. Hal ini terjadi pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013. 

Kurikulum pendidikan tahun 1947 lebih merujuk kepada pendidikan karakternya. Sehingga menumbuhkan rasa nasionalisme daripada aspek kognitif. Rentjana pelajaran tahun 1947 menggunakan program bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Problem dari kurikulum ini ialah kekurangan sumber daya serta fasilitas kurikulum ini. Pada dasarnya terjadi penghambatan bagi guru dan tidak memiliki pelatihan khusus dalam mempelajari kurikulum ini. Kemampuan pendidik kurang sehingga mengajarnya kurang efektif. Pada kurikulum ini, sering dianggap bahwa kurikulum ini tidak relevan karena siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Keterbatasan siswa pada saat itu  belum sepenuhnya memahami kemampuan siswa secara keseluruhan. Namun, keterbatasan bagi pendidik juga yang mengakibatkan ketimpangan pada kurikulum ini. Karena keterbatasan inilah yang membuat sekolah terpencil tidak mendapatkan kurikulum dengan baik.

Pada tahun 1952 istilah 'kurikulum' diubah menjadi 'Rentjana Pelajaran Terurai 1952'. Kurikulum ini serupa dengan kurikulum 1947, tetapi mempunyai tujuan yang berbeda. Kurikulum 1950 ini dibuat oleh UU No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. Problem yang dialami pada kurikulum ini adalah fasilitas sekolah masih kurang sehingga membuat siswa terhambat dalam proses belajarnya. Tenaga pendidik pada saat itu tidak menerima pelatihan untuk memahami kurikulum ini. Sehingga pendidik mempunyai rasa ketidakmampuan dalam mengajar. Metode kurikulum ini juga tidak sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Kualitas pendidikan di kota dan di pedesaan berbeda.

Rentjana tahun 1964 mempunyai konsep pembelajaran aktif, kreatif, dan produktif untuk dibahas. Kurikulum ini berbeda dengan yang sebelumnya, pada konsep kurikulum ini mempunyai arti bahwa tenaga pendidik harus mengajarkan siswa untuk mampu memecahkan suatu masalah (problem soving) memecahkan masalah secara mandiri. Kurikulum ini mengajarkan untuk lebih fokus ke siswa untuk menjadi siswa yang aktif, kreatif, dan produktif di dalam sekolah maupun luar sekolah. Tetapi, banyak guru Indonesia yang masih belum menerapkan kurikulum ini karena kurangnya pengalaman. Kemampuan pedagogis inilah yang membuat pengajaran tidak efektif. Metode yang sudah diterapkan pada kurikulum ini lebih banyak ruang untuk membangun siswa yang praktis.

Kurikulum 1968 lebih berfokus pada mata pelajaran dan menghindari tematik. Tetapi, struktur kurikulum tahun 1968 menjadi topik berkorelasi sehingga menjadi ciri khas. Sehingga pembelajaran yang digunakan ini sangat bergantung pada pendidikan dan psikologi. Problem yang dialami tahun 1968 banyak guru yang tidak menerima pelatihan dalam memahami kurikulum. Padahal metode kurikulum ini sangat teoritis untuk meningkatkan keterampilan siswa, tetapi adakalanya mengabaikan praktik dan pengalaman nyata. Kurikulum ini belum memahami siswa secara keseluruhan sehingga psikomotornya kurang diperhatikan. Pada tahun itu perubahan sosial dan politik yang memengaruhi stabilitas kurikulum yang membuat penerapan kurikulumnya sulit.

.

 Kurikulum 1975 mengandung beberapa pedoman dan ketentuan, seperti berikut:

 1) Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai lembaga dalam melaksanakan program pendidikan. Tujuan ini berlaku dari sekolah dasar sederajat hingga sekolah menengah atas sederajat;

 2) Desain program kurikulum adalah kerangka umum program pengajaran yang diberikan kepada setiap satuan pendidikan; dan

 3) garis-garis program pengajaran. 

Kurikulum 1975 di Indonesia menghadapi banyak masalah. Ini termasuk guru yang tidak siap untuk menerapkan kurikulum, sumber daya pendidikan yang terbatas, materi yang tidak selalu sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan pendekatan yang terlalu teoritis tanpa cukup memberikan ruang untuk praktik dan pengalaman langsung. Semua masalah ini menyebabkan kurikulum menjadi tidak efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun