Apapun alasannya rakyat butuh perhatian sungguh-sungguh dari pemerintah. Bukan kamuflase atau perhatian semu. Mereka mengharap kasih sayang Negara. Rakyat mau dimanjakan, bukan dimusuhi. Ketika pemerintah tidak mengandalkan pendekatan kekerabatan dan merangkul, maka dipastikan segala program pemerintah mendapat penokalan rakyat. Sulitlah semua cita-cita dan visi besar yang dibangun Negara. Cara komunikasi dua arah menjadi penting.
Bukan berhadap-hadapan untuk menjadi musuh. Melainkan dijadikan mitra, kawan membangun Indonesia. Rakyat yang belum sadar pentingnya pembangunan yang tengah dijalankan pemerintah, mereka layak diberi pemahaman ekstra.Â
Dibimbing, dibina, bukan dibinasakan. Gagal jadinya ketika pemerintah penuh emosi membimbing rakyatnya. Bagaimana Negara maju kalau pemerintahnya berfikir penuh dendam dan emosional?, yakin kemajuan tak akan diraih kalau begitu jadinya. Â Â
Ada semacam kerjaan bisnis yang digeluti Negara. Hal itu berkemungkinan dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Itu sebabnya rakyat harus kritis, menghidupkan nalar sehatnya. Jangan khawatir menaruh curiga terhadap Negara.Â
APD, vaksin dan semoga kedepannya tak ada lagi bisnis obat yang dipelopori pemerintah (Negara) dengan berkedok pada kesehatan. Rakyat patut berikhtiar agar tidak dibodohi. Semoga Negara kita tidak dikuasai para mafia.
Sebab, umumnya jika sudah ada bisnis, selalu saja ada mafia. Kita mengajak pemerintah Indonesia benar-benar dapat memastikan bahwa Negara Indonesia tidak sedang memelihara bisnis dan memelihara mafia. Yang kerjanya menyiksa, memiskinkan rakyat. Banyak pengalaman yang kita saksikan, dimana bisnis selalu bersenyawa, saling berkompromi dengan para mafia.