Walaupun di akhir, mereka mempropaganda isu-isu yang sempit dan membuat masyarakat saling 'perang isu'. Sedangkan mereka terlibat mesra, bercengkarama dalam kepentingan-kepentingan yang lebih menguntungkan. Semoga masyarakat tetap punya rasionalitas membaca hal ini. Isu agama yang massif dihembuskan juga akan memicu reaksi, isu agama lainnya bermunculan. Jadilah begitu akhirnya, isu dan kontra isu akan muncul saling bersaing. Skala selanjutnya, lahirlah polarisasi di tengah masyarakat.
Jika sentimen demi sentimen selalu dimainkan dalam ajang politik, hal itu tentu membawa gelombang, gejolak, serta benturan kepentingan. Yang berpotensi melahirkan konflik horizontal ketika tak dikelola dengan baik dan tertib. Keteladanan dan legacy dari elit parpol dalam membangun poros koalisi memang belum memenuhi harapan masyarakat.
Di Sulawesi Utara sendiri hanya sedikit parpol yang konsisten menjaga citra dalam berkoalisi. Sebagian parpol mendukung paslon B di Pilkada Kabupaten, lalu mendukung D saat Pilwako dan seterusnya mendukung figur F di Provinsi. Meski ada sebagian elit parpol yang konsisten memberikan rekomendasi dukungannya.
Para pemerhati politik, praktisi dan akademisi harus turun tangan menyejukkan suasana. Agar demokrasi kita yang dinamis tidak terkontaminasi dengan praktek sectarian, ujaran kebencian dan cara-cara saling menjatuhkan lainnya. Akan mengerucut ke pertentangan, jika kampanye SARA di hidupkan. Saling menjelekkan, merasa paling benar, paling layak, kemudian konteks persaingan menjadi bergeser.Â
Sebetulnya demokrasi bisa melahirkan para pemimpin negarawan. Bukan pemimpin sektarian, yang cara melahirkannya dengan menyalakan api isu-isu sektarian. Para cendekiawan kita di kampus segera ambil bagian menjernihkan interaksi politik yang mulai mengaburkan nilai-nilai solidaritas sosial.
Gejala lahirnya kampanye sectarian mulai terbaca di dunia maya (Medsos) untuk Pilkada Serentak 2020 di Porvinsi Sulawesi Utara. Silahkan penyelenggara Pilkada bekerja secara professional melerai pertikaian kepentingan yang sudah mulai memanas di Medsos. Wujudkan iklim demokrasi yang produktif dan sportifitas. Serupa alaram postingan-postingan status di Facebook mulai menyelipkan satire di tengah-tengah ajakan bersatu memenangkan figur yang diyakini mewakili kelompok tertentu. Â