Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hijrah, Rebutan Kepentingan, dan Pilkada

24 Juli 2020   13:01 Diperbarui: 25 Juli 2020   07:21 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, hijrah bagi para politi (Foto BSministry)

Jangan lagi ada politisi munafik yang tidak berjuang, tapi saatnya menikmati lejatnya kemenangan, mereka ikut mendapat berkah. Selain itu, bagi politisi yang terbiasa dengan pindah-pindah parpol harus merefleksikan dirinya, melakukan reposisi tentang apa yang dilakukannya. Sebab yang kita perhatikan mereka politisi yang suka 'ganti baju' selalu diidentikkan dengan mereka yang lemah membangun komitmen. Politisi yang disebut tidak punya prinsip.

Pilkada 2020 menjadi ruang bagi masyarakat memilah dan memilih. Bukan berarti patut disalahkan para politisi yang pindah parpol itu. Para politisi tentu punya alasan atas itu, rata-rata yang rajin pindah parpol menyiapkan argumen ketika ditanya kenapa pindah parpol?. Tak perlu diragukan. Walau begitu, target kita bukan disitu. Melainkan bagaimana mengurangi fenomena pindah parpol dari para politisi. Agar institusi parpol bisa lebih tertib dalam administrasi keanggotaan, dan internalisasi dari ideologi parpol dapat dibumikan kader-kader parpol.

Sebaiknya kehendak pindah parpol disimpan saja. Yang utama adalah perilaku atau karakter para politisi diperbaiki. Karena pecuma mau gonta-ganti parpol, bila para politsinya masih berwatak 'kanibal', berpikiran tidak maju, hanya berorientasi kepentingan pribadi, sulit bersosial, dan seterusnya. Sehingga ada dan tidaknya politisi tersebut tidak memberi keuntungan (manfaat) kepada parpol. Perbaiki dulu niat sebelum gabung ke parpol maupun setelah berpindah parpol.

Karena akan menjadi sia-sia juga kalau lompat partai dilakukan, menjadi gaya hidup dan hoby. Tidak selamanya lompatan itu melahirkan kemajuan, ada lompatan yang hanya membuat kita terperosok. Apalagi lompatan itu dipicu emosi, sentimentil dan kemarahan yang meledak-ledak. Kenyataan di lapangan juga kita temukan ada lompatan yang membuat seseorang terjatuh. Umpamanya melompat di antara tebing, maka kehati-hatian menjadi begitu penting. Dibutuhkan keahlian, keberanian, kecermatan, ketenangan dan kekuatan untuk melompat. 

Tapi bagi yang mengerti teknik melompat. Kesulitan melompat akan menjadi seni bagi mereka untuk melompat. Berhijrahlah dalam politik secara sungguh-sungguh, bukan hijrah karena antipati tertentu. Aspek perhitungan (bacaan yang luas) menjadi penting, lalu bagi politisi yang mau hijrah harus punya kemauan kuat untuk berubah, maju. Sehingga lompatannya mengalami progres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun