Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Baswedan Tak Layak Jadi Gubernur Lagi

13 Juli 2020   19:30 Diperbarui: 14 Juli 2020   13:45 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan (Foto Mojok.co)

Pria yang memiliki nama lengkap H. Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D, Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta ini memang ramai diperbincangkan namnya. Politisi yang berlatar belakang akademisi ini semasa mahasiswa pernah berhimpun di organisasi Cipayung Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Kebijakannya penuh pro kontra. Bukan saja diapresiasi, tapi juga dipermasalahkan segelintir warga Jakarta, sampai di luar Jakarta. 

Begitulah pemimpin yang punya daya pikat dan daya tolak kuat. Keragaman aksi serta reaksi tersebut menandakan Bang Anies begitu spektakuler. Bisa juga ditakuti, bisa pula tidak disukai dengan ragam alasan subyektif. Akumulasi reaksi publik itu memberi gambaran bahwa anak dari Rasyid Baswedan yang terlahir dari keluarga pendidik ini punya level tertentu secara politik. 

Seperti itulah umumnya yang kita temui. Di tengah masyarakat, jika ada seseorang yang mendapat sanjungan atau cacian, biasanya mereka merupakan sosok yang diperhitungkan eksistensinya. Bagi mereka yang dalam klasifikasi sosial tidak diperbincangkan sama sekali, berarti mereka tidak memiliki pengaruh. Ada dan tidaknya mereka tak diperhitungkan. 

Sementara posisi Bang Anies saat ini yang juga menjadi pejabat publik. Tentu tak bisa hidup dalam kesunyian. Figur yang satu ini menurut saya tidak layak lagi menjadi Gubernur Jakarta. Bang Anies sudah saatnya naik level. Dari sisi DNA keluarga yang jelas kontribusinya terhadap Negara, kemudian didukung pengalaman bekerja yang teruji, mengantarkan Bang Anies lebih mapan dalam memimpin Indonesia. Keberhasilannya membangun Jakarta telah terlihat.

Dimana posisi Jakarta sebagai miniatur Indonesia, tentu banyak problem kompleksnya. Dalam mengatasi COVID-19 pun Bang Anies dinilai telah berhasil. Ia tipikal pemimpin yang santun dan beretika dalam memimpin daerah. Menyongsong Pemilu 2024, rasanya Bang Anies layak kita majukan untuk memimpin Republik Indonesia tercinta. Modal besar yang dimiliki Bang Anies yakni integritasnya. Selain santun, Bang Anies teguh pendiriannya.

Ketika kita membelah kondisi masyarakat Indonesia, maka kebanyakan masyarakat berada pada strata menengah kebawah. Dari struktur kelas, diantaranya upper class (kelas atas), middle class (kelas menengah), dan lower class (kelas bawah), Bang Anies mampu membangun integrasi. Langkah mengembangkannya telah dibuktikan melalui komunikasi publik yang penuh kesejukan. Tidak marah-marah, melainkan ramah-ramah.

Kepemimpinan publik memang betul-betul diterapkannya. Bang Anies mengenal betul karakter masyarakat Indonesia. Pidato politik dan langkah-langkah taktis yang ditempuh meski banyak disindir, tapi kebanyakan memberi manfaat bagi warga Jakarta. Dirinya tak terlihat emosional, antipati terhadap masyarakat yang memarahinya. Bahkan, kadang-kadang media terkesan tendensius membuat framing pemberitaan, menyudutkan kinerjanya, Bang Anies menanggapinya secara positif.

Bagi Bang Anies politik gagasan dan keteladanan amat penting. Menurut Bang Anies kekayaan terbesar sebuah bangsa adalah manusianya, bukan sumber daya alamnya. Diksi tersebut begitu menginspirasi, menempatkan posisi Bang Anies sebagai seorang pemimpin yang berfikir besar. Dalam praktek menelorkan kebijakan, Bang Anies tidak mendiskriminasi agama dan suku tertentu. Dirinya menjadi pemimpin toleran, layak untuk Indonesia.

Cara pandang yang inklusif itu ditunjukkan Bang Anies. Kepeduliannya pada kaum muda juga begitu menakjubkan (is amazing), bagi Bang Anies anak muda memang minim pengalaman, karena itu ia tak tawarkan masa lalu. Anak muda menawarkan masa depan. Segudang alasam membuat saya makin yakin menyebut Bang Anies tak layak lagi menjadi Gubernur DKI Jakarta. Beliau perlu naik level, dan bagi masyarakat Indonesia yang rasional layak kita mendukung beliau.   

Harus kompak bagi kita yang mau memajukan Indonesia. Sebab, kemenangan itu bukan ditandai dengan kebisingan. Kemenangan itu ditandai dengan kelakuan, kata Bang Anies. Ketika melacak produk kebijakan selama memimpin DKI Jakarta, dirinya tidak takluk dalam rangkulan pemodal. Bang Anies menolak reklamasi pantai, tidak bersahabat dengan para investor yang menjarah ekonomi masyarakat lokal.

Begitu mulianya lagi, semangat Bang Anies dalam menjalankan dan mengamalkan pesan Kakeknya Abdurrahman Baswedan yang merupakan jurnalis dan juga Wakil Menteri Penerangan untuk terus membaca "Begitu ada waktu senggang maka baca, baca buku apapun. Jangan buang waktu tanpa baca." Berkaca pada gerakan literasi yang dibangun, Bang Anies meninggalkan jejak positif terutama di bidang pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun