Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cara Licik Meruntuhkan Demokrasi

21 November 2019   18:00 Diperbarui: 22 November 2019   07:02 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta jalan demokrasi

Karena paradigma kepentingan pribadi yang dikedepankan. Inilah yang disayangkan. Perspektif itulah yang ditakutkan meruntuhkan demokrasi secara berlahan. Tentu semangatnya akan kontra, tidak selaras dengan demokrasi. Kapitalisasi terhadap politik berujung pada konflik kepentingan. Rebutan kepentingan pribadi yang terus-menerus dapat menjebak pertumbuhan demokrasi.

Yang seharusnya demokrasi menyatukan, malah dipecah-belah oleh orientasi politik kapital. Bisa bermuara pada urusan rakyat yang suci, dikotori dengan masuknya kapitalisasi politik. Targetnya politisi menjadi sempit, terfokus pada kontestasi kepentingan pribadi. Rakyat yang kepentingannya universal ditelikung dengan kepentingan perseorangan.

Situasi yang demikian membuat skala prioritas politisi terbalik. Menjadi kaki di kepala dan kepala di kaki, seperti lirik lagu 'Diatas Normal' dari Peterpan. Yang mesti diutamakan kepentingan rakyat, malah dibalik. Kepentingan pribadi yang akhirnya diutamakan, lalu kepentingan rakyat ditaruh pada deretan terakhir.

Cemas atas kondisi yang akan terus-terusan terjadi, maka perlu perbaikan yang serius. Para politisi, rakyat umumnya agar kita sama-sama saling mengajak dalam jalan menuju kesadaran berdemokrasi. Jangan politisi menjadikan proses demokrasi untuk dramatisasi semata. Demokrasi bukan diisi orang-orang ingkar janji.

Mereka yang tak terbiasa dengan kebersamaan dan kerja tim, sederhananya merupakan musuh demokrasi. Demokrasi mengharamkan kapitalisasi nilai, barter kepentingan dan tambal sulam atau tukar tambah posisi yang berujung pada mendahulukan kepentingan pribadi. Clearkan dulu semua kotoran itu. Inilah yang merintangi demokrasi kita.

Selanjutnya, baru kita bisa menuju era baru Indonesia. Dengan kehadiran pikiran baru, segar, mandiri, dan tidak terkontaminasi politik kapitalisasi, maka masa depan Indonesia akan lebih baik. Demokrasi jangan diruntuhkan. Berhenti merancang jalan gelap yang melumpuhkan pertumbuhan demokrasi.  

Jika politisi nyaman dengan berpolitik demi keuntungaan pribadi. Berarti ia melestarikan cara-cara curang meruntuhkan dan menghancurkan demokrasi. Tabiat busuk politisi yang menjagokan politik transaksional mestinya diisolasi. Demi pembaharuan peradaban demokrasi, politisi harus menunjukkan cara etis dan beradab dalam berpolitik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun