Mohon tunggu...
BUNGA FITRIA SUKMA
BUNGA FITRIA SUKMA Mohon Tunggu... Lainnya - 📍Kota Depok

اَلْاِنْسَانُ مَحَلُّ الْخَطَاءِ وَالنِّسْيَانِ

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Keharmonisan Rumah Untuk Masa Depan Anak

5 Agustus 2022   08:47 Diperbarui: 5 Agustus 2022   08:50 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang kamu bayangkan saat mendengar kata rumah? Tempat yang menyenangkan, tempat untuk pulang, atau tempat yang menyimpan begitu banyak kebahagiaan? Bagi sebagian orang mungkin seperti itu, tetapi bagi sebagian orang mungkin lain cerita. Rumah yang biasa disebut seperti surga, bisa menjadi seperti neraka. Hal ini diutarakan oleh mereka yang merasa tidak tenang saat berada di rumah, karena pertikaian atau hal-hal yang tidak mereka inginkan.

Aku pernah mendengar cerita temanku, betapa mental dan batinnya tersiksa kala ia berada di rumah. Bagaimana tidak, hampir setiap saat ia berada di rumah, yang ia dengar adalah perkelahian dan adu mulut orangtuanya. Sehingga membuat ia merasa tak betah berada di rumah. Ia bercerita jika ia sama sekali tak merasa bahagia saat berada di rumah, dan hal itu mengganggu konsentrasinya dalam belajar maupun bekerja.

Juga ada kawanku yang kebetulan menjadi seorang guru di salah satu sekolah, dari penuturannya banyak sekali ia temukan anak-anak yang tidak memiliki gairah dalam belajar maupun bersosialisasi dengan teman sekolahnya. Ketika ditelisik hampir dari semua siswa yang bertingkah laku seperti itu memiliki masalah dalam keluarganya. Entah orangtuanya sudah bercerai, atau orang tuanya sering berkelahi, atau masalah keluarga lainnya. Ketika temanku bertanya pada anak itu ia mengaku menjadi frustasi dan depresi dan seakan tidak memiliki keinginan atau impian.

Begitu besar dampak keretakan rumah tangga pada mental anak, hampir sebagian banyak anak yang hidup dalam keluarga yang retak memiliki kesehatan mental yang kurang. Beberapa menjadi lebih sensitif dan mudah menangis serta depresi.

Isu-isu semacam ini seharusnya sering dibahas di ruang lingkup masyarakat agar banyak masyarakat yang menyadari betapa pentingnya keharmonisan rumah untuk kesehatan mental anak. Walaupun ada beberapa anak yang berhasil dan bermental baja meski berasal dari keluarga yang kurang harmonis tetapi lebih banyak yang menjadi depresi. Tentu ini harus menjadi perhatian kita bersama. Baik yang sudah menikah dan membangun rumah tangga atau yang baru mau menuju rumah tangga.

Kita harus paham jika rumah tangga itu bukan seperti mainan anak-anak yang bisa dilepaskan lalu dipasang lagi, rumah tangga itu harus diibaratkan seperti rumah suci. Ya, aku mendengar kalimat itu dari satu pementasan teater yang berjudul keluarga. Kalimat itu sungguh menyentuh, rumah tangga memang harus disamakan seperti rumah suci yang mesti disi dengan kegiatan positif dan energi positif agar seluruh penghuni rumah itu terdampak energi positif. Terlebih untuk sosok anak, yang memang sangat memerlukan hal itu, anak terlebih saat usia puber kala emosinya sedang labil, ia sangat membutuhkan perhatian lebih agar tumbuh kembangnya terjaga. Mesti diingat, manusia bukan hanya sekedar tumbuh secara fisik, tetapi harus tumbuh secara mental!

Coba kita lihat, berapa banyak berita yang mengenaskan akibat terjadinya keretakan rumah tangga? Betapa mengerikan jika si anak akhirnya mencari kesenangan di luar rumah, beruntung jika si anak menemukan lawan bermain yang positif namun sebaliknya jika ia mendapat kesenangan dari lingkungan yang negatif? Akan jadi apa mereka? Itulah pentingnya keharmonisan. Memang dalam kehidupan keharmonisan mesti dijaga, bahkan bukan hanya dalam rumah tangga tapi dalam berbagai bidang kehidupan. Harmoni, toleransi, agar tercipta kehidupan damai yang tak saling menyakiti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun