Mohon tunggu...
BUNGA FITRIA SUKMA
BUNGA FITRIA SUKMA Mohon Tunggu... Lainnya - 📍Kota Depok

اَلْاِنْسَانُ مَحَلُّ الْخَطَاءِ وَالنِّسْيَانِ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahaya Bullying, Rasis Serta Kekerasan di Lingkungan Sekolah dan Cara Mencegahnya

15 Februari 2022   14:04 Diperbarui: 15 Februari 2022   14:06 1780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

BAHAYA  BULLYING, RASIS SERTA KEKERASAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH DAN CARA MENCEGAHNYA

Fenomena kekerasan verbal dan fisik di lingkungan sekolah dan pergaulan atau yang biasa kita sebut sebagai bullying masih marak terjadi di negara kita. Bahkan dilihat dari data yang disajikan oleh KPAI sepanjang tahun 2021 tercatat 17 kasus Bullying yang melibatkan siswa dan tenaga pendidik. Kasus ini terjadi di tingkat SMA atau SMK. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi setiap tenaga pendidik dan seluruh masyarakat untuk mencegah kasus bullying ini terjadi dan menyebabkan masalah yang lebih besar.

Adapun akar persoalan dari kasus Bullying ini menurut KPAI karena disebabkan oleh daya tangkap remaja yang terbiasa menyaksikan penyelesaian masalah dengan kekerasan. Sehingga remaja kerap kali mencari jalan keluar seperti yang kerap kali ia saksikan. Hal ini juga kerap dikaitkan dengan maraknya konten kekerasan atau candaan yang bersifat bullying yang ditayangkan oleh media-media besar seperti televisi atau digital. Untuk kata bullying itu sendiri dalam kamus besar berarti "penindasan/risak. Jadi bulying adalah segala bentuk tingkah laku atau sikap yang menggagahi atau menindas orang lain baik secara verbal atau secara fisik.

Persoalan bulying ini menjadi sangat menakutkan apabila terjadi di lingkungan sekolah. Sekolah yang semestinya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi pelajar/remaja seakan-akan menjadi tempat yang menakutkan bagi sebagian pelajar karena kerap mendapatkan perilaku bullying. Jika hal ini terjadi dan dibiarkan begitu saja tanpa penanganan tentu akan berakibat fatal bahkan sampai menghilangkan nyawa.

Seperti sebuah kasus bullying yang belum lama ini terjadi, di mana seorang siswi SMP nekat melakukan bunuh diri karena kerap mendapatkan bully dari teman-temannya. Karena kondisi psikologisnya yang masih sangat rentan dan cenderung labil di usia yang baru masuk pubertas, siswi itu nekat mengakhiri hidupnya.

Tagar yang menyerukan #RIPnadila menjadi populer di Twitter di Indonesia hingga mencapai 14 ribu cuitan setelah adanya kasus bunuh diri yang menimpas siswi SMP Negeri 147, Ciracas, Jakarta Timur. Diduga siswi yang berinisial SN tersebut nekat bunuh diri dengan melompat dari lantai tiga sekolah akibat bullying yang dilakukan teman-temannya. SN mendapat bully di sekolahnya secara verbal tanpa sepengetahuan keluarganya. Siswi ini memang terkenal introvet, ia sangat senang menggambar, sehingga setiap malam ia kerap kali begadang dan akhirnya saat di kelas ia kerap kali tertidur. Hal itu membuat teman-temannya kerap melemparkan penindasan secara verbal. Karena terlalu sering mendapat kekerasan secara verbal batin dari SN akhirnya terganggu lalu kemudian nekat mengakhiri hidupnya.

Saat membaca berita ini secara sepintas mungkin kita akan berpikir bahwa siswi itu terlalu cepat mengambil kesimpulan. Namun jika kita mencoba menyelami dirinya dari sudut pandang yang lain kita akan sadar bahwa betapa beratnya hidup dibawah tekanan orang lain. Terlebih jiwa ia saat itu masih terlampau muda dan labil sehingga belum kuat menahan kerasanya beban stress yang menimpanya. Jika orang yang sudah dewasa secara mental saja masih kerap mendapatkan rasa stres yang berlebih jika berada di bawah tekanan apalagi seorang siswi SMP.

Kasus semacam ini mestinya menjadi perhatian lebih di kalangan guru atau lembaga terkait, juga harus dicegah semaksimal mungkin. Salah satunya dengan cara penyuluhan-penyuluhan terkait bahaya bullying atau melakukan edukasi dengan konten-konten yang mudah diakses via digital.

Hal-hal tersebut juga membuka mata kita bahwa generasi muda kita masih sulit membedakan cara bergaul yang baik dengan cara bergaul yang buruk yang mana mereka masih kerap kali mengahdirkan candaan yang sifatnya rasis dan menghina. Tentu hal ini tak lepas dari pengaruh konten-konten negatif yang berseliweran di media sosial.

Lantas bagaimana cara mencegah dan antisipasi kasus serupa muncul dan terjadi di lingkungan kita.

Diantara cara mencegahnya adalah dengan cara menghadirkan lingkungan yang sehat secara jasmani dan rohani. Lalu memberikan pengarahan kepada anak atau remaja untuk mengikuti kegiatan-kegiatan positif yang ada di lingkungannya, seperti mengikuti kegiatan karang taruna wilayah atau masuk dalam komunitas-komunitas yang bisa mengembangkan hobinya.

Upaya yang terakhir adalah dengan memberikan arahan kepada setiap anak di kalangan remaja tentang bahaya bullying yang semakin lama semakin terasa akibatnya. Juga penanaman rasa kesamaan dan kesetaraan dalam setiap pergaulan. Karena sumber dari bullying secara tidak sadar adalah kurangnya rasa kebersamaan dan kesetaraan dalam tiap beluk pergaulan.

Semoga bangsa kita kelak bisa terlepas dari fenomena bulying dan bisa menciptakan lingkungan yang sehat secara fisik dan rohani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun