Indonesia merupakan negara dengan budaya yang beragam. Keberagaman meliputi perbedaan budaya, agama, ras, bahasa, suku, tradisi, dan lain-lain.Â
Keanekaragaman budaya (multikulturalisme) adalah peristiwa alami yang disebabkan oleh pertemuan budaya yang berbeda, interaksi banyak individu dan kelompok yang berbeda dengan perilaku budaya yang berbeda, dan gaya hidup yang berbeda.Â
Bahkan, antar warga desa yang satu dengan yang lain saja terdapat perbedaan, baik itu perbedaan tradisi atau kepercayaan terhadap sesuatu. Pahamilah bahwa Indonesia itu sangat kaya akan budayanya, setiap budaya memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan budaya satu dengan yang lainnya.Â
Fenomena kehidupan damai dan harmonis ternyata tidak selalu terjadi di Indonesia, masyarakat multikultural di Indonesia tidak selamanya dapat hidup berdampingan sebagaimana yang diharapkan.Â
Ketegangan dan konflik sering muncul pada masyarakat Indonesia yang memiliki keragaman kultur, agama, bahasa, ras dan tradisi yang berbeda.Â
Seharusnya kita sebagai bangsa yang baik harus bisa menjadikan perbedaan sebagai kekuatan bukan permusuhan. Oleh karena itu, toleransi itu sangat penting.Â
Dengan terciptanya toleransi dan juga kerukunan maka masing-masing umat beragama dapat memperlakukan orang lain secara terhormat, menerima perbedaan dan hidup bersama secara damai.Â
Misalnya, ada orang islam yang meninggal dunia maka umat dari agama lain tidak dilarang untuk berbela sungkawa, jangan sampai kita berpikir kalau umat dari agama lain tidak diperbolehkan untuk berbela sungkawa. Sebagai umat beragama yang baik kita harus mempunyai sikap toleran yang tinggi supaya terciptanya keharmonisan antar umat beragama.
Dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah, Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wasith. Wasith telah diindonesiakan menjadi wasit, yang artinya berimbang, tidak memihak dan adil.Â
Moderasi beragama dimaknai sebagai sikap beragama yang seimbang antara pengamalan agama sendiri (eksklusif) dan penghormatan kepada praktik beragama orang lain yang berbeda keyakinan (inklusif). Sehingga keseimbangan atau jalan tengah dalam menjalankan beragama ini akan menghindarkan sikap ekstrem berlebihan, fanatik dan sikap revolusioner dalam beragama.
Dengan demikian, moderasi beragama akan mendorong masing-masing umat beragama untuk tidak bersifat ekstrem dan berlebihan dalam menyikapi keragaman.