Mohon tunggu...
Muhammad Suryadi R
Muhammad Suryadi R Mohon Tunggu... Lainnya - Founder Lingkar Studi Aktivis Filsafat (LSAF) An-Nahdliyyah

Tall Less Write More

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru akan Bersaing dengan Robot

27 Mei 2020   19:21 Diperbarui: 28 Mei 2020   00:56 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : kompas.com

Beberapa hari lalu saya menonton film India layar lebar judulnya Enthiran yang sudah tayang sejak 2010 silam. Film ini mengisahkan tentang seorang Dr. Vassegara. Ia adalah seorang ilmuan robotik yang berhasil menciptakan robot android pintar di laboratorium robotik miliknya. 

Robot ciptaannya mempertontonkan adegan memukau dalam film itu. Chitti nama robot itu. Sebuah nama yang diberikan oleh ibunda Vassegaran ketika ia membawanya pulang ke rumahnya.

Tak tanggung-tanggung, robot yang diciptakan itu multitasking, dapat melakukan pekerjaan apapun yang lumrah dilakukan oleh seorang manusia. Dalam film itu, Chitti memperlihatkan kepiawaiannya. Ia (baca : Chitti) lincah memasak, mahir beraksi bela diri, menolong manusia yang sedang berada dalam bahaya kriminal, dan juga dapat menyelamatkan manusia yang sedang dihimpit musibah kebakaran. 

Yang menarik bagi saya, ketika Chitti membantu Sana---kekasih si Dr. Vassegan dalam Enthiran---menyelesaikan ujian akhir di kampusnya dengan teknologi sistem scanning infrared yang telah dibekalinya.

Inilah potret dunia yang sedang dihadapi umat manusia hari ini. Sistem berbasis teknologi dan komputasi akan masuk ke setiap sendi-sendi kehidupan manusia. Tak ketinggalan dunia pendidikan---akan dan pasti---terkena dampaknya. 

Zaman yang demikian cepat akan menjadi babak baru bagi seluruh tenaga pendidik seantero dunia. Ke depan, guru harus gesit dalam merespon kecepatan eksponensial zaman. Kemungkinan besar, seorang guru akan bersaing dengan robot-robot cerdas---yang merupakan buah dari Revolusi Industri 4.0.

Ada statement yang mungkin seringkali terngiang di pendengaran bahwa secerdeas-cerdasnya robot tidak akan menggantikan peran guru. Satu sisi, pernyataan ini bisa dibenarkan, sebab hari ini robot masih bekerja mekanis berdasarkan skema sistem yang diprogram untuk melalukan pekerjaan sederhana manusia. 

Namun, di sisi lain, pernyataan tersebut tidak lagi relevan jika seandainya robot dapat merasakan marah, kasih sayang bahkan jatuh cinta sebagaimana dalam kisah Chitti dalam film Enthiran.

Tak ada yang mustahil. Semuanya bisa terjadi. Sains dan teknologi akan terus-menerus menelusuri titik kelemahannya kemudian menutupinya dengan penemuan baru termasuk teknologi robotik dengan konfigurasi Big Data. 

Yuval Noah Harari dalam bukunya 21 Lessons mengatakan bahwa revolusi infotek dan biotek akan menghasilkan algoritma big data yang dapat memahami perasaan seseorang jauh lebih baik.

Algoritma Big Data yang terkonfigurasi dengan teknologi robotik akan menjadi ancaman bagi para guru. Tidak menutup peluang, robot tidak hanya akan memudahkan pekerjaan guru tetapi sekaligus akan menggilas peran guru. 

Robot-robot yang dibekali sensor perasaan akan dengan mudah mengerti keinginan para siswa. Kecepatan scanning yang dimiliki robot cerdas akan sangat membantu siswa dalam memilih bahan pelajaran dan menentukan metode belajar dan para siswa akan lebih enjoy serta bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Sehingga, praktis kehadiran para robot cerdas dapat menggusur peran guru dalam dunia pendidikan.

Di masa yang akan datang, guru akan bersaing dengan para robot. Hari ini, para guru masih bisa melakukan pekerjaannya seperti biasa sembari tersenyum sumringah. Tetapi, para guru tak boleh tinggal diam ongkang-ongkang kaki. Guru harus mawas diri. Selain harus senantiasa terus-menerus meningkatkan kapasitas diri, mewaspadai ancaman robot juga tak kalah pentingnya.

Para guru harus peka dan cerdas dalam membaca pergerakan zaman. Guru senantiasa harus bisa hidup berdampingan dengan zaman tanpa terbawa arus. Guru tak sekedar digugu dan ditiru tapi juga mesti cerdas dalam memposisikan diri di setiap zaman di mana ia hidup. Jika tidak, maka tentu akan menjadi buah simalaka terhadap guru dan identitas keguruan itu sendiri.

Beberapa hari yang lalu saya membaca berita dari salah satu media online yang pada intinya mengatakan bahwa Mendikbud Nadiem Makarim memberi sinyal bahasa inggris akan diprogram kembali dalam tingkatan SD. Menurut saya, bahasa inggris tidak hanya harus di programkan tetapi mesti menjadi salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa terutama untuk para guru.

Bahasa inggris adalah bahasa komunikasi internasional yang mesti menjadi bekal bagi seorang guru. Sebab, bahasa inggris adalah bahasa yang dapat mengkoneksikan seseorang ke dunia luar. Tanpa penguasaan bahasa inggris seorang guru akan sulit mendapatkan update informasi dari dunia luar dan berkomunikasi dengan orang di seluruh dunia tentunya.

Di era teknologi-digital hari ini, kompetensi lain berupa bahasa yang harus dikuasai guru adalah bahasa coding---dalam istilah komputer disebut sebagai bahasa pemrograman. Bahasa coding ini adalah peluang yang harus dilirik oleh para guru. Inilah yang penulis maksudkan sebagai guru mesti cerdas dalam memposisikan diri di zaman dimana ia hidup. Menguasai coding hari ini adalah peluang terutama untuk para guru.

Para guru mulai dari sekarang harus menyadari sembari terus-menerus belajar dan mengupgrade internal kapasitas diri. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam merespon gerak cepat zaman seperti yang terjadi hari ini. Pemerintah harus menyiapkan fasilitas berupa pelatihan bahasa coding selain pemassifan pelatihan-pelatihan lain seperti pelatihan kurikulum dan pelatihan pembelajaran berbasis IT. Sebab, hari ini digitalisasi adalah keniscayaan. Modalitas bahasa coding yang dimiliki dapat menjadikan guru dapat membuat aplikasi pembelajaran hingga aplikasi penilaian sesuka hati.

Para guru harus siap bersaing dengan para robot. Di era teknologi-digital, para guru tidak harus membuat robot ataupun menjadi robot. Bahasa komunikasi international (baca : bahasa inggris) dan bahasa komputer (baca : bahasa coding) adalah kuncinya. Menguasai keduanya adalah syarat untuk menghadapi kemajuan dan tantangan zaman.

Dengan kompetensi bahasa komunikasi dan bahasa pemrograman yang dimiliki, para guru akan keluar menjadi guru-guru unggul di era teknologi-digital seperti yang terjadi hari ini. Dengan demikian, para guru akan siap bersaing dengan robot-robot canggih dan temutakhir sekalipun. Dan guru yang tidak melek teknologi dan bahasa akan digilas oleh robot-robot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun