Mohon tunggu...
azinar ismail
azinar ismail Mohon Tunggu... -

aku orang biasa seperti orang biasa lainnya yang biasa menyebut dirinya orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Usul konkret untuk Kemacetan jakarta Bag. 1 (busway oh busway)

25 Juli 2010   01:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:37 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Macet,adalah sebuah kata yang sangat biasa didengar oleh kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta. Bahkan kata tersebut sudah menjadi alasan yang hampir tidak dapat dibantah lagi ketika orang terlambat dalam suatu pertemuan. Macet hampir “selalu” bahkan “selalu” menjadi tontonan dan juga makanan sehari-hari bagi penduduk jakarta.

Karena sangking seringnya, tidak sedikit orang yang kemudian berdamai dengan kemacetan itu. Tidak sedikit yang menjadikan macet sebagai sesuatu yang dimaklumi, tentu dengan alasn masing-masing. Tetapi pasti tidak lebih sedikit dari penduduk jakarta yang menyebutkan bahwa macet adalah sebuah masalah besar.Mungkin termasuk Anda bukan?

Terobosan pemprov DKI Jakarta mengoperasikan busway pada dasarnya sebuah terobosan yang luar biasa. Tidak sedikit orang manaruh harapan besar pada terobosan itu untuk memecahkan masalah kemacetan di jakarta. Namun hingga saat ini ternyata terobosan pemerintah itu tidak mampu memecahkan justru malah di sebagian tempat dituduh menjadi biang kemacetan. Jika melihat perjalanan busway, saya lebih melihat kepada tidak responsifnya pemerintah melihat keadaan. Yang terjadi saat ini justru tidak lebih berbeda dengan lingkaran setan.

Pada awal operasi busway, animo masyarakat untuk menggunakan moda transportasi itu sangat tinggi. Masyarakat seolah mendapatkan jawaban dari pemerintah akan moda transportasi yang nyaman dan cepat. Sayangnya ditengah animo masyarakat yang tinggi pemerintah tidak tanggap dengan keadaan. Pada saat animo masyarakat yang merindukan angkutan umum yang nyaman dan cepat sangat tinggi, ternyata pemerintah tidak menyiapkan sarana yang memadai seperti ruangan shelter yang sempit, panas dan jarak yang berjauhan (1 shelter per 1 km bahkan lebih jauh) hingga jumlah armada yang terbatas. Akibatnya kekecawaanlah yang muncul dari masyarakat, pasalnya kenyamanan yang didambakan tidaklah terwujud. Karena kecewa, tidak sedikit kemudian mereka kembali menggunakan kendaraan pribadi mereka untuk beraktifitas yang berarti busway dengan lajur khususnya tetap beroperasi dengan segala keterbatasannya, dan masyarakat tetap menggunakan kendaraan pribadinya. Bukannya berkurang jumlah kendaraan tetapi malah bertambahlah kendaraan yang melintas di jalanan jakarta (busway) dengan lebar jalan yang semakin menyempit karena terambil oleh lajur khusus busway. Macet di lajur umum menjadi sebuah keniscayaan. Karena merasa lajur khusus busway yang disediakan untuk bus khusus “lengan” karena sedikitnya armada bus khusus yang melaluinya akhirnya lajur khusus itu digunakan oleh kendaraan pribadi dan umum lainnya. Dan apa yang terjadi, bus khusus yang diberi lajur khusus itupun akhirnya ikut mejadi bagian yang bermacet ria di jalanan. Semakin menjadilah kekecewaan pengguna bus tersebut, ternyata dengan menumpang bus tersebut tidak dapat mencapa temapt tujuannya dengan cepat. Dan akhirnya banyak orang yang memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan motor kembali, sehingga makin menjadilah kemacetan itu.

Saya masih yakin, bahwa pada dasarnya gagasan pengoperasian busway adalah gagasan yang luar biasa, dan saya juga yakin jika busway tersebut dioperasikan dengan profesional, akan mampu menekan tingkat kemacetan di jakarta sampai dengan 40 %. Menurut saya hal itu dapat terwujud jika pemprov DKI melakukan hal-hal berikut ini:

1.Tepati waktu. Pastikan waktu tempuh dari satu shelter ke shelter berikutnya tepat. Karena pada dasarnya pertimbangan utama orang menggunakan sarana transportasi untuk berpindah tempat adalah ketepatan waktu. Untuk mewujudkannya pasti membutuhkan effort yang tidak ringan. Untuk mewujudkannya saya usul pada nomor-nomor berikutnya.

2.Tambah Jumlah armadanya, dan sosialisasikan penambahan jumlah armada tersebut. Menurut saya ini adalah satu langkah yang paling urgen dan paling efektif untuk mencapai ketepatan waktu. Dengan armada yang banyak, lajur khusus tidaklah menjadi sesuatu yang nampak mubadzir, penumpang dapat menjadi nyaman karena tidak perlu berdesak-desakan di shelter dan juga di bus. Dan dengan begitu saya yakin akan banyak yang berpindah ke moda transportasi ini. Berpindahnya orang ke moda transportasi ini akan menjadikan aksi penyerobotan lajur berkurang dan ujungnya ketepatan waktu tempuh dapat terpenuhi.

3.Bersihkan lajur khusus busway dari kendaraan lain dengan memastikan jumlah armadanya mencukupi. Selama jumlah armada yang disediakan belum mencukupi saya yakin banyak yang masih akan tetap bertahan dengan kendaraan pribadi baik mobil maupun motor dan ini pasti masih akan menjadi biang ketidak tepatan waktu tempuh bus khusus itu, karena aksi penyerobotan pasti akan masih terus terjadi ketika melihat lajur khusus itu kosong.

4.Tambahkan shelter paling tidak setiap 400m satu shelter, atau bahkan kurang dari 400 m. Dan jadikan shelter tempat yang nyaman untuk menunggu.

5.Berikan reward bagi pengemudi yang dapat memenuhi ketepatan waktu, kenyamanan, dan perasaan aman dalam berkendara.

Mungkin pertanyaan yang bakal muncul adalah “duitnya dari mana mas? Bus khusus itu nggak murah harganya”. Bus khusus itu memang tidak murah harganya, tetapi pemerintah provinsi jakarta juga bukan pemerintah yang miskin. Pendapatan asli daerah dari Pajak Kendaraan Bermotor saja jika dialokasikan untuk membeli bus khusus itu sudah dapet banyak. Semuanya tergantung i’tikad dari penyelenggara pemerintah provinsi, jika menggunakan logika berpikir yang jernih dan mengutamakan kepentingan umum, PASTI BISA. Berapa sih harganya? Orang beli mobil dinas untuk perorangan saja seharga lebih dari 1 M saja gampang.

Sebagai penutup, sebenarnya jika moda transportasi umum di jakarta ini di atur seperti busway, saya yakin tanpa ada busway, jakarta tidak akan macet. Karena arti kenyamanan yang dicari oleh warga jakarta dalam menggunakan angkutan umum di jakarta saat ini bukanlah angkutan umum dengan jok empuk atau dengan AC yang dingin, tetapi cepatnya sampai tujuan atau tidak berlama-lama di jalan. Pun kenyamanan itu dengan fasilitas itu diinginkan, saat ini hal tersebut menjadi nomor 18 sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun