Mohon tunggu...
Maya Siswadi
Maya Siswadi Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer, Mom

Ibu 3 anak, lecturer; blogger

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mewujudkan Pemilu Damai, Bisa?

24 Februari 2019   23:55 Diperbarui: 25 Februari 2019   00:51 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perang?

Ya begitu lah. Jagad twitter, jagad facebook, jagad instagram, hingga jagad Youtube pun jadi semacam ajang perang. Kedua kubu calon presiden, baik kubu nomor urut 01, Joko Widodo - Ma`ruf Amin, maupun kubu 02, Prabowo Subianto- Sandiaga Salahudin Uno, bagai pasukan perang yang saling menyerang.

Hasus menghasut, ejek-mengejek, hina- menghina. Tak jarang, bahasa binantang dan berbagai ucapan tak pantas pun keluar. Dunia media sosial tampak begitu gaduh. Bahkan fanpage maupun instagramnya presiden, tak luput dari ucapan yang penuh kebencian dan menyerang.

Saya sampai merenung. Benar kah ini Indonesia? Benarkah ini budaya kita yang sebenarnya? Benarkah kita ini negeri yang cinta damai? Benar kah ini wajah asli Indonesia? Ke mana kah perginya Indonesia yang santun itu? Ke mana kah perginya Indonesia yang selalu bahu membahu, bergotong royong, cinta damai, dan mengedepankan kesatuan? Ke mana kah perginya rasa cinta tanah air dan ibu pertiwi? Masih kah kita cinta negeri ini dengan utuh?

Sekarang ini kita sudah merdeka guys. Tak ada lagi agenda perang seperti jaman kolonial. Pun kita juga tak ingin lagi merasakan situasi perang seperti jaman dulu kan? Hidup penuh ketakutan. Hidup penuh ancaman. Hidup penuh intimidasi. Kita sudah merdeka, lepas dari belenggu penjajah. Tak ingin lagi kan merasakan hidup penuh ketakutan dan ancaman?

Sadar ga sih, kondisi seperti ini, akan dengan mudah dimanfaatkan orang luar. Mereka masuk dan memanfaatkan situasi dan kondisi masyarakat kita yang dulunya punya riwayat begitu mudah dihasut.

350 tahun Belanda berhasil menjajah Indonesia. Karena apa? Mereka menjalankan politik adu domba. Mereka manfaatkan kelemahan kita yang begitu mudah dihasut dan disulut kemarahannya. Mereka tahu betul, kekuatan masyarakat Indonesia ini begitu besar kala bersatu. Tapi, akan lemah dan mudah dilemahkan ketika terpisah. Dan itu lah yang sedang terjadi pada bangsa kita belakangan ini. Masyarakat seolah terpecah menjadi dua kubu yang saling menyerang. Dua kubu yang begitu mudah disulut dan dibakar!

Siapa yang akan rugi?

Ingat lah, masa depan kita, orang dewasa, terbatas waktunya. Tapi, anak cucu kita masih akan hidup 20 hingga 100 tahun yang akan datang. Akan kah kita warisi mereka dengan kehancuran? Akan kah kita warisi mereka perilaku mencaci? Akan kah kita warisi mereka contoh perilaku ujaran kebencian? Apakah ini yang akan kita contohkan dan ajarkan pada anak-anak? 

Guys, damai itu indah. Percaya?

Damai itu menentrakam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun