Mohon tunggu...
Bunda Khadijah
Bunda Khadijah Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

I am Indonesian, married, mother of 3, moslem...: "Mari Tegakkan Shalat."

Selanjutnya

Tutup

Catatan

The Truth About Bunda Khadijah Madinah

30 April 2012   22:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:54 2386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya akan menerangkan siapakah saya dan kenapa  ?  Postingan ini akan membeberkan siapa diri saya dan akan menjelaskan pada orang yang menganggap saya orang bijak yang palsu dan munafik,  ikut campur urusan orang lain, menjatuhkan seseorang , orang kerdil yang hanya menulis tentang orang lain, atau sok tahu padahal saya orang baru, dsb.

Saya adalah Khadijah/Bunda Khadijah, seorang WNI yang menikah dengan pria Arab Saudi asli Madinah.  Saya tinggal di saudi Arabia lebih dari satu dasawarsa, sehingga sosial kultur Saudi sudah menjadi hidup saya, ekonomi saudi adalah ekonomi saya, hukum saudi adalah hukum yang harus saya taati, dan per-TKI-an adalah bidang yang saya geluti.   Sejak sebelum menikah dengan pria Saudi, saya sudah intens dan concern pada per-TKI-an.  Pertemuan saya dengan suami saya di Jakarta sampai berjodoh adalah hikmah mengurus  TKI, saat itu saya sedang menolong seseorang tkw yang kemalangan, dan melalui mbak tkw yang saya tolong saya berkenalan dengan suami saya.  Suami saya adalah pemilik salah satu maktab lil-isteqdam atau kantor PJTKA Saudi yang berlokasi di Madinah.  Alhamdulillah kantor suami saya adalah kantor resmi dan memiliki licence terdaftar di Pemerintah Saudi.  Kami bukan maktab numpang proses yang tak punya izin, kami beroperasi dengan bendera resmi.  Sejak saya pindah ke Madinah, saya yang mengambil posisi ibu rumahtangga full, langsung mengisi posisi penerjemah dan bertanggungjawab atas penyelesaian perselisihan TKI yang jadi tanggungjawab kami dan juga yang dititipkan kantor lain.  Bekerja menyelesaikan masalah TKI adalah tanggungjawab saya yang telah menguras energi saya lahir dan batin lebih dari satu dasawarsa.  Kadang saya sukses, kadang saya gagal bantu TKI.

Dalam pendekatan pada TKI, saya yang berlatar belakang akademis ilmu pertanian dari Institut Pertanian Bogor, tak akan saya sebutkan strata saya, butuh waktu bertahun-tahun untuk memahami cara yang tepat dalam membantu TKI, karena disiplin saya bukan bidangnya...Kemauan dan rasa tanggungjawab telah mengantarkan saya pada pola ini : bahwa ketika berhadapan dengan TKI saya tak boleh menempatkan diri saya sebagai Madame Saudi (Nyonya Saudi), tak boleh menempatkan diri saya sebagai orang kantor, tapi harus menempatkan diri saya sejajar dengan TKI dan jadi teman mereka, karena begitu saya menempatkan diri seakan lebih tinggi, maka mereka akan menjadi lebih sulit saya bantu.

Pola kebiasaan ini terbawa pada sikap saya dalam ngompasiana...Saya selama ini secara diplomatis saja menjawab pertanyaan apakah suami saya orang saudi.  Saya tak ingin menampilkan kesan lain, oleh karena itu semua informasi pernikahan dan aktivitas tak saya sebutkan blak-blakan, sesuai kondisi saya baru belajar, sangat baru di kompasiana.  Kebenarannya, Memang benar saya ibu rumah tanggal full, namun saya dan suami bekerja bahu membahu melindungi TKI yang kami datangkan, sekali lagi kami kadang gagal tapi alhamdulillah lebih banyak yang sukses.  Saya punya tugas khusus yang menyebabkan pengetahuan dan wawasan saya mengenai per-TKI-an refresentatif, sebagai penerjemah,  konselor, dan sekretaris kantor...Kantor saya berada di dalam rumah sehingga saya tidak perlu pergi keluar rumah untuk mengurusnya...  Selain itu keberadaan keluarga saya di Jakarta yang juga mengelola PJTKI menjadi benang penghubung yang sangat kuat atas segala perkembangan per-TKI-an.  Dari ketiga sisi membuat background saya mengenai TKI menjadi lengkap.  Suami pemilik maktab PJTKA, saudara pemilik PJTKI, dan saya bekerja jadi konselor TKI, serta dulu aktivis LSM TKI.   Istilah konselor sendiri baru saya adopsi setelah saya berkenalan dengan ranah ilmu dari Konselor Bapak Julianto Simanjuntak yang membagi ilmunya pada saya.  Selama ini saya tak menyebut kegiatan saya sebagai konselor, dan menyebutnya hanya bantu TKI saja.  Semoga dengan penjelasan ini dapat dimengerti  kenapa saya begitu intensif dalam masalah per-TKI-an di Arab Saudi.

Mengingat saya adalah bagian dari keluarga asli Saudi, maka tak dapat dipungkiri masalah sosial kultur, budaya, ekonomi, hukum dan per-Saudi-an menjadi bidang saya pula...berkah dari sebuah perkawinan yang memberi saya kesempatan bergaul dan menyelami dari dalam bagaimana cara hidup dan kehidupan di Saudi.

Dengan ini saya jelaskan bahwa saya bukan Mbak Atun, yang dulu pernah berseteru dengan Nining Andinie cs.  Saya adalah Khadijah, bunda Khadijah, seorang istri dari suami orang Madinah, berlatar belakang pendidikan agribisnis, dan memiliki kantor PJTKA di madinah.  Saya tak akan menjelaskan lebih dalam mengenai aktivitas usaha saya yang tidak terkait atas kepentingan menjelaskan per-TKI-an dan per-saudi-an.  Tapi, betul saya ada aktivitas lain walaupun semuanya saya koordinasikan dari dalam rumah saja...Full dari dalam rumah.  Bila ada yang mempertanyakan lagi, apakah saya mbak Atun, sudah saya jawab, dan apabila ada yang mempertanyakan lagi apa urusan saya dengan per-TKI-an dan per-Saudi-an maka telah saya jawab pula.

Saya tak memungkiri bahwa saya merasa bodoh karena urusan yang saya buat dengan Mas Delta cs, tapi saya melakukannya bukan untuk mencari permusuhan, apalagi menjatuhkan seseorang,atau nggak ada kerjaan menulis tentang orang lain....saya merasa punya tanggungjawab moral dan tak bisa diam melihat suasana tidak sehat berlangsung di sekitar saya.  Saya sudah menuai jeweran yang banyak, mulai sebutan munafik, atun, topeng, sok bijak, sok solehah, dan saya diam menerimanya.   Saya tak menjawab semua gunjingan dan tuduhan itu karena tak punya energi negatif untuk menjawabnya.  Urusan saya murni mengkritisi walau mungkin kebodohan membuat saya kebablasan, dan saya mengharapkan perbaikan, bukan menjatuhkan atau menjelek-jelekkan orang atau kebakaran jenggot atas urusan yang bukan urusan saya...ini urusan saya, karena pernikahan campuran Saudi-Indonesia, bisnis TKI, dan per-Saudi-an adalah main land saya di kompasiana.  Saya tak mengharapkan jadi orang bijak dan mendongkrak popularitas saya di kompasiana...sejak awal saya sudah membuat diri saya gurem, kenapa saya harus repot cari popularitas.

Untuk mengenal saya dalam sisi kepribadian Islam, baiklah saya akan copas surat saya pada seorang teman sbb :

Tak ada lain sosok Bapak Prof. Muslim Taher alm. lah yang membantu mengubah saya jadi tukang doa.  Satu hari setahun sebelum kematian beliau, saya ngobrol-ngobrol di kantornya, dan saat itu beliau tanya saya, apakah saya tahu apa alasannya kenapa beliau adalah satu-satunya pejabat negara yang berpoligami ?  Saya berseloroh, saya bilang iya maaf, semua tahu bapak kan tukang kawin .  Pak Muslim ketawa dan berkata, " No, kamu salah.  Pak Harto waktu itu interview saya karena mau mengangkat saya jadi wakil ketua dewan pertimbangan agung (DPA) dan Pak Harto tanya, kenapa kamu poligami ?  Jawaban saya pada Pak Harto,  karena kekuatan saya adalah solat malam isteri dan doanya.  Sedangkan seorang wanita tiap bulannya ada kira-kira satu minggu berhalangan karena datang bulan, dan saat itu berarti ada malam saya yang bolong dari solat malam isteri.  Oleh karena itulah saya menikahi wanita lagi, berpoligami agar tidak ada satu  malam pun yang tidak ada solat malam isteri.".......  Saya bengong dengar cerita Pak Muslim Taher itu, saya bilang benarkah itu kunci kesuksesan beliau sehingga jadi pejabat dan memiliki Universitas Jayabaya....dan sejak saat itu saya bertekad akan jadi isteri yang solat malam dan jadi tukang doa buat suami.

Dari perjalanan hidup berliku, jatuh bangun, saya mendapatkan ketenangan, dan ternyata hikmah Allah sangat besar karena saya jatuh pindah ke Kota Suci Madinah dan bukan Riyadh, atau Tokyo atau Dubai...di kota Rasul ini saya mendapat hidayah untuk mengubah diri.  Seandainya sampai hari ini saya dikatakan pendusta, munafik, oleh orang lain, maka saya tak akan marah, sebaliknya akan saya jadikan instrospeksi diri.  Masih murnikah jiwa saya, masih murnikah suara saya, masih murnikah perjuangan saya.

Berikut ini saya copas petikan tanggapan saya kepada Bernandang Delta Bvlgari dalam lapak ArabKere, dan saya tampilkan karena berkepentingan menjawab atas apa yang dituduhkan kepada saya mengenai pendapat saya untuk mempertahankan terminal 3 TKI, dan kompetensi saya dalam berbagai hal lain, seperti Ethiopia,  dianggap tidak bersyukur udah numpang hidup satu dasawarsa lebih, tapi masih mau mengatakan Negara Saudi itu ada sisi hitam putihnya, .  Berikut petikannya, panjang namun semoga berguna. :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun