Mohon tunggu...
Tarmizi Bukhorisitanggang
Tarmizi Bukhorisitanggang Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Penulis adalah seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Jurusan Komunikasi dan penyiaran Islam. Lahir di lae Pinang, Desa Bintang, Kecamatan Sidikalang, kabupaten Dairi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Respon Masyarakat terhadap Pemberitaan mengenai Covid-19 di Media

15 Agustus 2020   15:30 Diperbarui: 15 Agustus 2020   15:35 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pada awal sebelum Presiden Jokowi menyatakan ada warga Indonesia yang positif terjangkit virus corona, masyarakat Indonesia lebih dominan memiliki rasa cemas. Mengapa? Sebab rasa cemas ini sendiri merupakan suatu yang irasional dan objek ketakutan atas wabah virus corona di Indonesia belum terbukti dan nyata. Namun kondisi kecemasan itu kini berubah menjadi ketakutan. Sebab rasa takut merupakan suatu yang rasional, karena sudah memiliki objek ketakutan yang jelas dan nyata. Yaitu, wabah virus corona sudah terjadi di Indonesia.

Puluhan cairan antiseptik dibeli sekaligus. Masker hidung tiba-tiba raib dari pasaran. Tidak hanya itu, saat berita mulai menyebar, produk mie instan, gula pasir, serta beras sudah jadi barang langka di beberapa wilayah di Indonesia. Ketakutan masyarakat bukannya tanpa sebab. Tingkah laku serta pola pikir masyarakat tentunya didasari oleh pengetahuan mereka terhadap suatu hal.

Aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ini akan berlaku pada hari Jumat, 10 April 2020 di Jakarta dimana hal ini sangat penting untuk menekan jumlah penderita Virus Corona (COVID-19) di ibukota Jakarta yang hingga saat ini sudah terhitung lebih ribuan orang yang terjangkit positif Virus Corona (COVID-19). Namun, para kepala daerah juga memiliki hak untuk mengajukan permohonan PSBB yang didasari oleh data kasus Covid-19 yang terjadi di daerahnya masing-masing. Apabila suatu wilayah telah disetujui oleh Menkes, maka PSBB akan diberlakukan selama masa inkubasi terpanjang, yaitu 14 hari.

Apabila setelah 14 hari tersebut masih terlihat adanya penyebaran, seperti ditemukannya kasus baru, maka masa PSBB akan diperpanjang selama 14 hari kedepan hingga kasus terakhir ditemukan.Dan kini, pemerintah memutuskan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), istilah dan pemaknaan yang mengacu pada Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan.

Dalam UU ini dijelaskan PSBB bertujuan mencegah meluasnya penyebaran penyakit Covid 19 antarorang yang telah ditetapkan berisiko dan menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (Pasal 59 ayat 2). genap sepuluh hari DKI Jakarta menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun, kebijakan yang dimaksudkan guna mencegah dan menangkal penyebaran virus Corona ( Covid-19) ini dinilai tak efektif. Pasalnya, masih banyak orang yang lalu lalang di jalanan.

Sebagian besar warga juga masih beraktivitas seperti biasa, seolah tak ada wabah yang sedang mengintai mereka.
Sejumlah kalangan menilai, PSBB di Ibu Kota tak optimal karena tidak dijalankan dengan maksimal. Kebijakan yang dimaksudkan untuk membatasi lalu lalang dan kerumunan orang ini tak efektif karena masih banyak perusahaan dan perkantoran di DKI Jakarta yang masih beroperasi. Sementara, hampir sebagian besar buruh dan karyawan perusahaan di Jakarta tinggal di wilayah penyangga. Sehingga mobilitas orang keluar masuk Ibu Kota masih tinggi.

Penerapan PBSB di Jakarta dibarengi dengan pemberian bantuan kepada masyarakat kecil dibagikan melalui ketua RW. Tetapi bisa kita lihat sendiri pembagian ini tidak merata bahkan ada kepala Desa yang mengkorupsi bantuan langsung tunai tersebut. Banyak oknum tidak bertanggung jawa bermain dalam masa pandemi ini.

Himbauan pun diberikan berbagai pihak agar penyakit COVID-19 tidak semakin meluas. Satu di antaranya ialah mengimbau agar tetap di rumah.Tak hanya itu, masyarakat pun diminta melakukan upaya pencegahan seperti selalu mencuci tangan, jaga jarak atau Physical Distancing, memakai masker hingga menjaga kebersihan. Hal tersebut dilakukan agar korban COVID-19 tak semakin bertambah.

Sementara, bagi keluarga yang mengisolasi diri dalam satu tempat tinggal, upayakan komunikasi tetap terjaga. Bagi orang tua dianjurkan meluangkan waktu untuk berbicara dengan anaknya tentang pandemi corona dan memberikan rasa aman terhadap mereka.

Menghadapi wabah corona tanpa terpancing kepanikan maupun ketakutan, niscaya dapat membantu menjaga kesehatan mental dan fisik di tengah krisis kesehatan global ini. Pengaruhnya pun tak hanya baik untuk Anda pribadi, tapi juga orang-orang di sekitar.

Saat itu, mungkin kepala mereka dipenuhi bayang-bayang ngeri bagaimana organisme tak kasat mata tersebut berhasil melumpuhkan kota Wuhan di Tiongkok hanya dalam waktu yang relatif singkat. Mereka pun tentunya telah mendengar kabar betapa cepatnya sang virus menjangkit orang-orang di berbagai belahan bumi lain. Darimana masyarakat mendapat informasi demikian? Media jawabannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun