Ketika Presiden Joko Widodo mendapuk Prabowo sebagai Menteri Pertahanan, tak sedikit yang menyebutnya sebagai bagian dari deal politik. Keputusan Jokowi dinilai beresiko lantaran bakal mengganggu konstelasi politik.
Wajar memang. Prabowo adalah rival Jokowi dalam Pemilu. Bahkan, keduanya dua kali head to head. Ketika kemudian Jokowi 'mencomot' Prabowo, dua kubu, terutama para relawan pun gaduh.
Mereka yang pro menilai keputusan Jokowi menarik Prabowo ke Gerbong Kabinet, bagus untuk menjaga kondusifitas bangsa. Sementara pihak kontra menyebut masuknya Prabowo tak menghargai kerja keras para pendukung.
Kondisi ini lantas makin memanas saat Jokowi menunjuk Sakti Wahyu Trenggono menjadi wakil menteri pertahanan. Sakti, seperti diketahui adalah orang dekat Jokowi.
Berlatar pengusaha, Sakti adalah Bendahara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf. Wajar ketika kemudian, Duet Prabowo-Sakti di Kementerian Pertahanan adalah bagian dari deal politik dan balas budi.
Benarkah demikian? Waktu akhirnya menjawab. 100 hari kerja mereka mengabdi, keraguan publik mereka jawab dengan kinerja.
Prabowo-Sakti nyatanya mampu berkolaborasi di Kemenhan. Sejumlah terobosan dan inovasi berhasil mereka torehkan. Merujuk hasil sejumlah survei, kinerja Kementerian Pertahanan mendapat nilai memuaskan dari publik.
Inilah bukti bahwa Prabowo-Sakti memang melepaskan segala kepentingannya demi bangsa. Keduanya sadar betul bahwa tugas yang diberikan Jokowi adalah amanah rakyat.