Mohon tunggu...
Buha Edyson
Buha Edyson Mohon Tunggu... Wiraswasta - Homo Digitus

Pernah, sedang dan terus menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Didi Kempot, Notifikasi Komunitas, dan Pandemi yang Memasuki Krisis Identitas

7 Mei 2020   01:29 Diperbarui: 7 Mei 2020   01:31 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerabat menabur bunga di atas pusara almarhum penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot seusai dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Desa Majasem, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot meninggal di Solo, Jawa Tengah, pada usia 53 tahun. (ANTARA FOTO/JONI PRATAMA via KOMPAS.com)

Hari-hari ini kita dikagetkan oleh berita duka meninggalnya seorang artis besar Didi Kempot di umurnya yang belum genap 53 tahun. Sebuah kehilangan besar buat bangsa ini, buat musik Indonesia dengan orisinalitasnya  dan juga buat penggemar Sobat Ambyar yang militan dan kuat. 

Pendekatan musik yang epik dekat dengan cerita keseharian memberi magis yang kuat yang menyedot rasa penggemar sampai ke kehidupan keseharian mereka.

Pendekatan kuat emosional terbentuk karena pemilihan genre musik campur sari dengan Bahasa jawa sebagai latar belakang budaya dan syair-syair yang dekat dengan realisme sosial membuat lagu-lagunya cepat dikenal di kalangan bawah di tempat-tempat makan pinggiran yang lebih banyak didatangani pekerja kasar harian.

Dalam orkes dangdut keliling yang sering menyapa orang-orang yang dilewatinya atau di panggung perkawinan pinggir jalan yang ketika mendengar lagu "stasiun balapan" mampu mengajak para hadirin ikut bergoyang. 

Entah itu bergoyang malu-malu atau mungkin liar terhipnotis tak karuan. Lagu-lagunya memang sanggup melepas ego semua orang untuk membentuk ritme yang seragam, bergoyang larut dalam kegembiraan.

Keberadaannya yang fenomenal dengan basis pecinta musik dengan militansi yang kuat dari penggemar menggerakkan para pencinta Didi Kempot untuk membentuk komunitas penggemar Didi Kempot yang terbentuk di bulan Juni 2019 dengan nama "Sobat Ambyar".

Mengutip Kompas.com, Komunitas Sobat Ambyar terbagi ke dalam dua, ada sebutan "Sad Boys" untuk penggemar laki-laki dan "Sad Girls" untuk para penggemar Didi Kempot yang perempuan.

Karena perhatian Didi Kempot yang begitu besar kepada para "Sobat Ambyar" beliau bersedia untuk mengadakan konser amal dari rumah untuk mengumpulkan dana guna membantu masyarakat dan Sobat Ambyar yang terkena dampak Pandemi virus Covid-19.

"Baru saja semalam kita bicara dan saya dapat pesan dari mas Didi Kempot, dia berterimakasih pada Kompas TV karena konser amal sebesar Rp 7,6 miliar sudah berhasil didistribusikan," kata Rosi dikutip dari Kompas TV, Selasa (5/5/2020).

Kebahagiaan atas donasi yang terkumpul tidak dapat mengembalikan keberadaan sosok Didi Kempot. Duka mendalam atas kehilangan seorang sosok dermawan, baik hati dan selalu rendah hati dalam pelayanan bermusiknya.

Notifikasi komunitas

Secara sosiologis, komunitas-komunitas yang terbentuk dengan berbagai macam preferensi sudah ada sejak terbentuknya masyarakat. Dalam komunitas orang hidup dengan berasosiasi satu dengan yang lain. 

Sifat asosiasi adalah sifat manusia yang mendasar sebagai makhluk sosial. Hal ini membantu dalam membangun perdamaian dan harmoni dalam masyarakat dan membuat komunitas menjadi hidup dan bersemangat (Mudiyanto dan Bambang, 2009).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun