Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mengelola Keuangan yang Sehat Saat Ramadan, Menghasilkan Puasa yang Sehat

16 April 2023   23:51 Diperbarui: 16 April 2023   23:54 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber foto: everypixel.com)

Perlukah kita menerapkan kelola keuangan yang sehat di bulan Ramadan?

Yang saya dapat dari literasi keagamaan dan keuangan. Bulan Ramadan adalah - pada intinya - bulannya orang-orang yang prihatin, bulannya orang-orang miskin dan bulannya orang-orang yang sedang melatih keprihatinannya itu, melatih kesabaran, melatih toleransi, melatih solidaritas terhadap orang-orang yang sedang susah, sedang prihatin tersebut. Bulan Ramadan, bukan bulannya orang-orang yang sedang menghambur-hamburkan uang, orang yang senang memamerkan kekayaannya dengan memperlihatkan 'kelebihan-kelebihannya' di manapun, termasuk dalam acara buka puasa bersama dan sejenisnya (eh, istri saya secara bercanda nyeletuk saat sebut hal ini, "kalau kelebihan berat badan bagaimana pak?").
 
Melatih menahan diri
 
Kita diperintahkan puasa di bulan Ramadan ini bukan hanya untuk menahan lapar dan haus dahaga sejak waktu subuh hingga waktu magrib saja, tetapi lebih dari itu ... far beyond that. Puasa merupakan kawah candradimuka bagi umat Muslim untuk melatih kesabaran, rendah hati dan melatih empati terhadap sesama. Dengan puasa kita diingatkan untuk dapat merasakan mereka yang mungkin makan tiga kali sehari saja, adalah sesuatu yang 'mewah.' Makan lengkap nasi dengan lauk-pauknya adalah sesuatu hal yang mewah. Mungkin mereka cukup makan nasi dengan garam saja? Atau di sebagian kasus saya melihat hanya mengkonsumsi nasi sambal dan kerupuk saja. Puasa melatih kita untuk dapat merasakan yang mereka rasakan. Empati terhadap mereka yang sedang dalam kondisi memerlukan, berada dalam situasi dan kondisi ketidakberuntungan.
 
Euphoria puasa
 
Sebagian kenyataan yang diperlihatkan di sekeliling kita, bahkan mungkin sayapun tidak terlepas melakukannya - untuk itu sangat perlu dilakukan reminder-reminder sebagai pengingat - bahwa di bulan Ramadan ini pengeluaran meningkat. Itu pasti. Tetapi terkadang ada kecenderungan berlebihan. Mungkin karena bulan puasa hanya hadir setahun sekali selama kurang lebih 30 hari, banyak yang tidak mau melewatkan kesempatan ini dengan semangat yang tinggi, sehingga muncul kesan (dan bahkan memang dilakukan) berlebihan.
 
Seperti contoh disaat memasuki Ramadan, masih di awal-awal, orang belanja seperti orang kalap, banyak sekali yang dibeli, karena keinginan dan bukan karena keperluan. 'Hawanya' puasa mungkin ya, saat tidak boleh makan dan minum, kalau melihat sesuatu seperti makanan, bawaannya ingin sekali menikmatinya saat itu juga. Demikian pula dengan minuman. Saat puasa, ingin sekali, sehingga perlu disiapkan untuk berbuka. Padahal, setelah kita berbuka, keinginan itu sudah tidak muncul lagi. Hal ini oleh sebagian orang disebut dengan istilah 'lapar mata' - sebetulnya matanya saja yang lapar, tidak fisiknya.
 
Belum lagi belanja yang dikeluarkan untuk berlebaran yang hanya satu hari itu. Segala dibeli, baju baru, sepatu baru, baju koko baru, sendal baru - padahal belum tentu kita memerlukan semua yang serba baru itu, yang lama saja masih bagus. Dan pengadaan yang serba baru itu bukan bagian dari ajaran keagamaan kita. Unsur tradisi sangat kuat melekat di situ. Belum lagi kue-kue lebaran, semua menjadi terasa seragam di setiap rumah, ada nastar, kue keju, kue putri salju dan lain sebagainya. Padahal belum tentu ada tamu yang datang ke rumah lalu kita suguhi dengan kue-kue itu.
 
Efek buruk dari mementingkan keperluan dibandingkan dengan kebutuhan, maka biasanya, bila kita tidak pandai mengelola uang, yang akan terjadi adalah pengeluaran yang kita keluarkan untuk memenuhi keinginan-keinginan seperti tersebut di atas akan lebih besar dari penghasilan yang kita terima setiap bulannya. Perlu kebijaksanaan dalam setiap rumah tangga untuk dapat mengatur dan mengelola keuangannya masing-masing dengan lebih bijak lagi. Karena, bila kita tidak pandai mengelola keuangan kita, kadang pinjaman menjadi solusi untuk menutupi kekurangannya. 

Katanya,"nggak apa-apa meminjam uang untuk berlebaran, kan hanya setahun sekali ini." Nah sebetulnya, karena setahun sekali itulah, kita harus pandai mengelola keuangan kita. Karena walau pinjaman dapat memenuhi kekurangannya, jangan lupa, pinjaman itu adalah sesuatu yang wajib dikembalikan. Harus dikembalikan, harus dilunasi. Kalau tidak dikembalikan (misalnya pinjaman terhadap perseorangan), maka akan menjadi tanggungan hingga kita meninggal kelak.
 
Kelola keuanganmu
 
Beberapa tips di bawah ini dapat dijadikan semacam referensi untuk dapat mengelola keuangan kita dengan lebih baik lagi, terutama di bulan Ramadan, yaitu antara lain:
 
1. Kita dapat membuat anggaran selama sebulan di bulan Ramadan itu. Perlu diperhitungkan pengeluaran rutin seperti makanan yang dikonsumsi sehari-hari, serta pengeluaran yang tidak rutin dan perlu dikeluarkan selama bulan Ramadan ini (seperti zakat, infak, dan lain sebagainya). Kemudian kita harus berpegang teguh dengan rencana anggaran yang telah kita buat tersebut.

2. Hindari mubazir di bulan Ramadan. Ini yang kadang-kadang dirasa sulit dilakukan, dengan alasan-alasan yang telah disebutkan di atas (lapar mata).

3. Belanja cerdas perlu dilakukan, misalnya dengan mencoba untuk memilih barang dengan merek dan kualitas yang sama, tetapi memiliki harga yang lebih murah. Disamping itu kita perlu pula untuk cerdas mempertimbangkan, perlu atau tidak ya untuk membeli sesuatu. Atau, barang tersebut harus dibeli atau tidak?  

4. Hindari melihat hutang sebagai salah satu tambahan penghasilan. Saya melihat beberapa fenomena terkait ini. Bahwa alih-alih kita mencoba untuk berintrospeksi dulu terkait pengeluaran yang kita keluarkan, apakah sudah memenuhi prinsip-prinsip di atas? Bila tidak. Sebagian mereka memilih untuk berhutang.

5. Mencari tambahan pendapatan lain. Ini menarik juga. Bulan Ramadan, bagi mereka yang memiliki jiwa bisnis, dilihat sebagai sumber potensi mengalirnya cuan-cuan ke dompet kita. Dengan memilih berdagang selama puasa, kita punya tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan lebaran, tanpa 'mengganggu' pos-pos rutin yang telah rutin disiapkan dan direncanakan.

Hal-hal di atas dapat dilakukan bila kita menginginkan pengelolaan keuangan kita yang sehat.  Anda masuk kategori yang mana, pandai mengelola keuangan sendiri atau tidak pandai mengelola keuangan?
 
Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun