Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahasiswa, Bukan Oposan

12 Februari 2018   07:51 Diperbarui: 12 Februari 2018   08:30 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Indonesia harus dibangun secara bersama-sama (marketing91.com)

Sedikit catatan dari catatannya Mata Najwa yang saya saksikan 'pertunjukannya' malam itu di stasiun TV Trans 7 (Rabu, 7 Februari 2018). Walau terkesan terlambat, tapi mungkin cukuplah untuk dibaca-baca sambil minum kopi.

Saya sebut pertunjukkan, karena memang kemasannya menjadi semacam pertunjukkan atau show saja, bukan diskusi, karena kurang berimbang -- tentang laiknya sebuah diskusi, antara data dan informasi yang diajukan dari para pembicara. Namun demikian, saya salut kepada Najwa Shihab dan stasiun TV tersebut yang mempertemukan berbagai unsur dalam acara tersebut.

Saya mulai dari orasi yang dilakukan para adik-adik mahasiswa di awal acara. Untuk orasi ini, saya acungi jempol, semangatnya...bolehlah, tapi kok, tapinya ya, masih terlihat minimnya data/referensi yang disampaikan. 

Hanya berhenti pada euphoria semangat yang membangkitkan rasa kemahasiswaannya. Bahkan ada satu ketua BEM yang mengajak audiens untuk mengikrarkan sumpah mahasiswa. Hati-hati de' ya kalau mengucapkan sumpah, karena sumpah itu tidak untuk main-main, tetapi harus dengan kesungguhan hati. Apalagi pengertian sumpah itukan  agung - berkaitan dengan janji terhadap Tuhan YME. Terlihat juga kok di layar kaca itu, banyak yang tidak sepertinya semangat saat diminta harus berdiri dan bersama-sama mengucapkan sumpah itu.

Tadinya, saya mengharapkan bahwa orasi adik-adik mahasiswa yang sangat bersemangat itu, akan berlanjut terus menjiwai diskusi selanjutnya. Tapi kok tidak ya. Semangat orasinya menjadi 'fading away' - berangsur turun, terlebih setelah pak Moeldoko, yang mengaku juga sebagai 'mantan mahasiswa' menyajikan informasi-informasi  (baca: data-data) terkait capaian atau achievements yang sudah dilakukan oleh pemerintahan pak  Jokowi.

Di facebook malah sampai ada status yang menyatakan ini:

"Oo, baru dalam tahap hebat orasi saja toh, saat 'debating the achievements' kok malah amburadul. *goodjobnajwa*goodjobmoeldoko"

Yang terlihat tetap dan terus bersemangat, seperti biasa,  adalah anggota-anggota dewan yang ikutan gabung di acara tersebut. Semangatnya tetap terjaga, walau banyak yang tercampur antara semangat yang hanya mengritik dengan asumsi (berandai-andai) tanpa solusi - kecuali mendukung tindakan kartu kuning tersebut.

Catatan kecil ini lebih berupa pertanyaan dan saran, serta tidak mengulas keseluruhan, hanya sebagian saja yang saya anggap penting untuk menjadi catatan pribadi saya, yaitu antara lain:  

Catatan 1

Di awal menyaksikan pertunjukan ini, saya berharap bahwa setelah orasi yang berapi-api (dan dengan diimbuhi adegan bersumpah pula), saya akan menyaksikan bahwa adik-adik mahasiswa ini akan banyak mengajukan (baca: komplain) tentang apa yang sudah diklaim (oleh pemerintah) sebagai capaiannya dan apa yang belum atau bahkan melenceng. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun