Mohon tunggu...
Budi Septiawan
Budi Septiawan Mohon Tunggu... Dosen - Menulis adalah pesan bagi generasi mendatang jika kita sudah mati. Pesan bahwa kita pernah hidup dan berkontribusi pada kehidupan

Penulis adalah Dosen Tetap Program Studi Akuntansi Universitas Pasundan Bandung

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menggagas "Super-App" untuk Ekosistem Digital UMKM

20 Oktober 2021   13:36 Diperbarui: 20 Februari 2022   21:33 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Istilah ekosistem lebih dikenal dalam bidang ilmu Biologi, dimana ekosistem ini merupakan hubungan dan interaksi antar makhluk hidup yang terjadi dalam sebuah lingkungan atau tatanan.

Jika diambil contoh dalam ekosistem persawahan, akan ada beberapa aspek yang membentuk ekosistem tersebut, di antaranya tumbuhan, hewan, air, tanah, angin, cahaya matahari, dan para petani. 

Semua saling berinteraksi satu sama lain untuk membentuk ekosistem sawah yang baik dan rapih, tujuannya menghasilkan padi yang berkualitas dan layak untuk dikonsumsi.

Lalu, apakah UMKM juga mempunyai ekosistem yang baik layaknya padi di persawahan?

Paradigma Digitalisasi

Eksistensi UMKM didukung oleh banyak pihak, mulai dari pemerintah, bisnis-bisnis e-commerce/marketplace, para akademisi, maupun masyarakat pada umumnya. Penetrasi UMKM untuk masuk pasar digital terus didorong oleh pemerintah; di bawah komando Presiden Jokowi, Kementerian Koperasi dan UKM diminta untuk mendorong 30 juta UMKM masuk pasar digital pada tahun 2024.

Digitalisasi pada UMKM merupakan hal yang tidak terhindarkan, bahkan tanpa disuruh oleh pihak mana pun. UMKM akan mengubah bisnisnya menjadi lebih digital selama periode pandemi ini, tujuannya adalah untuk dapat survive. Namun digitalisasi bisnis pada UMKM, paling tidak untuk saat ini, lebih sering diartikan sebagai "berjualan" online atau pemasaran online.

Berdasarkan survei Katadata tahun 2020, pelaku UMKM pun menggunakan internet secara dominan untuk memasarkan produk melalui medsos (60,2%), bermedia sosial (57,8%), promosi barang/jasa (54,4%), mencari informasi terkait usaha (44,7%), membeli bahan baku (35,9%), dan seterusnya. Ini mengindikasikan bahwa aktivitas pemasaran dan penjualan masih mendominasi aktivitas bisnis digital pada UMKM, sementara aktivitas lain masih dianggap hanya pelengkap bisnis saja.

Padahal ada banyak proses bisnis yang harus dilakukan oleh UMKM, mulai dari pemasaran barang dagangan, pengelolaan keuangan usaha, merekrut karyawan, membeli bahan baku, ataupun pengelolaan produksi. Pebisnis yang sukses pun cenderung digambarkan dari raihan omzet usahanya yang tinggi, padahal meskipun omzetnya tinggi, jika pebisnis tidak mampu mengelola persediaan, produksi dan pembelian dengan tepat, bisa saja produknya menjadi out of stock atau habis di saat yang tidak tepat.

Penjualan tinggi, namun ternyata pebisnis tidak melakukan pencatatan transaksi keuangan dengan baik, mungkin saja bisnisnya tidak profitable atau mungkin merugi, ataupun omzet tinggi tapi para karyawannya tidak memperoleh bonus yang layak. Dan, beberapa masalah yang mungkin muncul jika pelaku UMKM hanya berfokus pada aktivitas pemasaran atau penjualan online saja.

Menciptakan Ekosistem

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun