Disebuah kejaksaan terlibat perseturuan antara jaksa dengan pengacara pembela publik. Jaksa menuntut pelaku telah melakukan kejahatan pembunuhan. Dan harus dihukum mati dengan asumsi adanya bukti sidik jari ditubuh korban. Namun pengacara pembela tidak terima karna itu palsu. sidik jari buatan.
Hari demi hari para pihak pihak berwewenang mencari jawaban kebenaran. Namun pelaku yang belum jelas statusnya tersebut malah mendapat sakit parah hingga diberi pengobatan intensif. Pihak rumah sakit menyatakan ia punya penyakit kanker menggenaskan. Ia divonis hanya akan bertahan hidup dalam satu tahun ini.
Lalu hakim memutuskan tanpa perlu pertimbangan matang. Ia bosan sudah seminggu tapi bukti absah tak jua ditemukan. Belum lagi muka pelaku yang gundah gulana, merana. Akibat vonis Dokter. Hakimpun memutuskan sendiri. Ia tidak ambil pusing. ia pun tiba tiba seperti kesambet petir menokok palunya dan berujar "tersangka dihukum mati karna sampai sekarang ia tidak mau menyerahkan diri, tidak mau mengakui. padahal umurnya tidak banyak lagi. oleh karena itu tersangka wajib dipididana dengan masa tahanan satu tahun penjara. Sekurang-kurangnya 2 bulan sebelum hari kematiannya" TOK... Â TOK... TOK...
10 bulan telah berlalu
Terpidanapun bebas ia menghirup udara segar. Padahal hari itu panas terik. Bisa bisanya panas yang hampir membara bikin hawa jadi segar, ya begitulah. Tapi Tidak, bukan karna itu, ia fresh, hanya karna teringat pada umurnya saja. Ia merasa bersyukur. Ia teringat hakim yang membuatnya bisa cepat bebas, walau hanya tinggal dua bulan lagi ajal akan menjemputnya. Ia pun berniat menemui hakim dan ingin bicara jujur setelah apa yang sebenarnya terjadi. Ia memang melakukannya.
Ia menyusuri jalan hingga kerumah hakim tersebut. Dan hakim itu ternyata telah meninggal hakim itu punya kanker persis sepertinya yang tiba tiba dapat hukuman vonis. Lalu ia pun membuka hapenya dan menulis disatus Instagramnya lalu sedikit selfie"Setelah 10 bulan dipenjara. Setiap orang memiliki masalah. setiap orang punya penyakitnya masing masing. jangan mengumbar keorang orang penderitaanmu. Jangan bawa bawa hingga membuat orang orang mengasihani penderitaanmu"