Mohon tunggu...
Budi Prathama
Budi Prathama Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kuliah di Universitas Sulawesi Barat. Hobi nulis lepas sambil minum kopi. Ngobrol di IG @budi.prathama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kerja Gotong-royong Bukan Berarti Kerja Secara Bersamaan

10 Maret 2021   16:23 Diperbarui: 10 Maret 2021   16:38 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.gurupendidikan.co.id

Manusia tentu tidak bisa lepas dari hubungan kerjasama antar orang lain. Sebagai makhluk sosial maka kebutuhan antar manusia akan saling mempengaruhi dengan yang lainnya. Artinya bahwa ada simbiosis mutualisme antar satu individu dengan individu lainnya.

Maka dengan itu pekerjaan manusia adalah hal mutlak yang harus dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa bekerja sebagai tanda bahwa manusia tersebut berfikir dan bertindak ke arah perubahan. Kerja manusia sebagai proses pemenuhan kebutuhan agar keberlangsungan hidup tetap bisa berjalan. Dari kerja itulah sehingga ada kerja yang memang harus membutuhkan bantuan orang lain agar tujuannya bisa tercapai.

Pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama mungkin sering kita dengar dengan istilah kerja bergotong-royong. Kerja dengan mengeluarkan segala keringat secara bersama agar tujuan dapat pula dicapai secara bersama-sama. Sebagaimana kerja gotong-royong yang dahulu telah dikumandangkan para pejuang bangsa ini untuk mengusir penjajah.  

Sebenarnya budaya gotong-royong adalah budaya yang sudah lama ada di bumi Nusantara ini. Sehingga mungkin tidak heran, jika gotong royong sempat diusulkan oleh Bung Karno sebagai Dasar Negara pada pidato di BPUPKI 1 Juni 1945. Bung Karno mewarkan bahwa Pancasila sebagai Dasar Negara sebenarnya bisa diperas menjadi Trisila dan Ekasila (gotong-royong), kalau pun Pancasila tidak mampu diterima sebagai Dasar Negara. Alhasil atas dasar kesepakatan bersama ternyata Pancasilalah yang bisa diterima sebagai Dasar Negara, dan sampai saat ini Pancasila sudah menjadi keputusan final.

Tetapi, muatan isi Pancasila tentu tidak bisa lepas dari kerja gotong-royong. Karena Bung Karno sudah mengatakan bahwa perasan ahkhir dari Pancasila adalah gotong-royong. Dalam penafsirannya bahwa kerja gotong-royong dikontekskan pada kerja manusia. Bekerja bersama dan membanting tulang bersama, kerja sama rasa dan sama rata, serta hasil pun juga sama rata.

Saya sering saja mendapatkan di organisasi bahwa ketika melaksanakan suatu program kerja harus bekerja secara bergotong-royong. Tujuannya jelas agar program kerja tersebut dapat terlaksana dengan hasil maksimal. Namun, kadangkala saya juga mendapatkan bahwa praktek gotong-royong yang dilakukan membuat saya kurang sepakat. Menganggap gotong-royong ketika bekerja pada satu rumpung/bidang yang sama saja.

Waktu itu saat melaksanakan program kerja pasti membutuhkan kerjasama antar anggota agar bisa berjalan. Namun, ada saja yang menganggap kalau bekerja harus melaksanakan secara bersama-sama pada tugas dalam satu bidang saja, kemudian setelah itu lalu baralih pada bidang kerja lain jika sudah selesai. 

Woi, emangnya tidak repot ya kalau harus menyelesaikan satu pekerjaan dulu secara bersama, lalu beralih pada bidang kerja lain. Apakah tidak repot dan mubazir, kalau semua anggota bekerja satu bidang saja padahal jumlahnya juga banyak. Apa masalahnya kalau dibagi saja kerjaanya.  

Katanya sih kenapa di dalam konteks gotong-royong itu harus bekerja bersama-sama. Karena berdasarkan pada pemahamannya bahwa tidak ada boleh diskriminasi atau pembagian kerja di antara anggota, artinya semua pekerjaan yang didapatkan sama. Merasa tidak sepakat kalau ada pembagian kerja seperti perempuan sering dinotabenekan berada di bidang konsumsi saja, sedangkan untuk laki-lakinya selalu ditempatkan pada di bidang lapangan.  

Alhasil, hal itu dianggap sebagai penindasan. Mengapa, karena terjadi pembagian kerja antar golongan, dimana golongan satu harus kerja ini dan yang satunya harus kerja itu. Ei, letak penindasannya dimana?. Jadi gini, saya pikir itu tidak ada yang dirugikan, kemudian itu juga salah satu cara agar program tersebut dapat terlaksana. Faktanya bahwa ketika ada pembagian kerja akan memakan sedikit waktu jika dibandingkan dengan kerja secara bersama-sama dalam satu waktu yang sama.

Jadi, kalau gotong-royong masih dianggap harus bekerja bersama-sama, dalam artian harus mengerjakan pada bidang pekerjaan yang sama, saya pikir itu suatu kekeliruan. Dalam pemahaman saya bahwa gotong-royong tidak terlalu memandang bagaimana dan dimana engkau bekerja, melainkan bagaimana hasil yang didapatkan bisa terwujud dengan baik dan itu adalah tujuan bersama.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun