Mohon tunggu...
Budi Budiman
Budi Budiman Mohon Tunggu... Insinyur - Forest Officer

Abdi Negara Kementerian LHK

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Romantika Sunda Majalengka

15 April 2019   08:33 Diperbarui: 15 April 2019   08:59 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamparan padi di Majalengka bagian utara. Dok Pribadi

Sebagai seorang yang tumbuh dan besar di dataran rendah Majalengka bagian utara, banyak romantika yang menarik untuk diceritakan. Salah satunya adalah budaya dan bahasa.

Akulturasi sunda dan jawa reang cirebonan menghasilkan budaya dan bahasa yang unik. Bahasa sunda murni khas priangan bukan, jawa cirebon juga bukan.

Sebagai keturunan Nunuk (Maja) yang terusir ke wilayah utara Majalengka sejak 1939, bentuk stigma yang melecehkan sudah sering saya dengar. "Ih norak pisan sih dewek mah, kawas urang Nunuk!" (Ih norak amat sih kamu kaya orang Nunuk). Kesannya keturunan Nunuk itu paling norak dan paling udik sedunia. Awas aja nanti saya balas dengan tagar #MakeNunukGreatAgain!!.

Jangankan jadi keturunan Nunuk, ngaku jadi orang Majalengka saja kadang nggak pede karena suka jadi bahan bullyan. Ingat jaman kuliah dulu kalo ditanya orang mana?, pas jawab Majalengka. Ooohhh HIMAJLENG ya? Salah apa coba.. sudah jelas-jelas Himpunan Mahasiswa Majalengka ya HIMAKA, bukan Himpunan Mahasiswa Jlengka. Salah apa orang Nunuk eh.. orang Majalengka sama kalian.

Nah kalo bicara bahasa sunda khas Majalengka ini yang bikin nggak pede. Kenapa nggak pede? Ya karena perbedaan bahasa hasil akulturasi tadi. Contohnya nih, hampir di seluruh tataran sunda kata "Dewek" berarti aku, dan hanya di Majalengka tiba-tiba artinya menjadi kamu. Bagi orang yang nggak ngerti kan malah bikin bingung.

Belum lagi beberapa kata lain yang iconic. "Ema palay emuh!" (Ibu pengen minum). Ketika di bahasa sunda yang umum minum diartikan dengan ngaleueut, hanya di Majalengka sekonyong-konyong menjadi Emuh.

"Mecak" satu kata yang pada masyarakat umum merujuk pada makanan, pecak lele umpamanya. Namun di Majalengka kata tersebut mengandung arti enak, ramai atau mengasyikan. Yang bila di bahasa sunda biasa diartikan alus, rame, enakeun atau ngeunaheun.

Kata "hayu" di bahasa sunda umum yang merujuk arti ayo, menjadi "age" pada bahasa Majalengka. Nah yang unik lagi kata "sorangan" yang berarti sendiri, namun pada bahasa sunda Majalengka bisa berarti kamu. "Sorangan mah kumaha sih?" (Kamu bagaimana sih?).

Dari sekian bahasa sunda Majalengka yang mengundang potensi bully, selalu tersimpan kemungkinan untuk mengelak atau membela diri meskipun tanpa kans untuk membully balik. Contohnya kata "ateul" (Gatal), yang pada bahasa Majalengka menjadi "gateul".

"Yang bener itu gateul, bukan ateul"
"Karena kalo gateul, ya digaruk bukan diaruk!"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun