Sejenak keduanya terdiam. Kemudian dengan gerakan perlahan tapi berbarengan, mereka menoleh ke belakang dan keduanya memandang saya dengan pandangan menuduh.
Saya tentu saja panik bukan main dan gak tau harus bersikap bagaimana. Untungnya keduanya juga tidak mengatakan apa-apa. Perempuan yang berambut pendek masih saja mendengus-dengus. Dengan gerakan kasar, dia menekan tombol nomor 8.
Lift lantai 8.
TING! Pintu lift terbuka dan perempuan berambut pendek itu menggamit lengan temannya sambil berkata dengan suara judes, "Kita keluar di sini aja. Ntar kita turun pake lift yang satu lagi."
"Setuju! Ada racun Chernobyl di dalam lift ini," kata yang satunya.
Kembali saya sendirian di dalam lift. Muka saya masih berubah-ubah warna, dari merah, pucat, kuning, hijau seperti pelangi. Ada rasa lega, ada rasa puas dan ada juga rasa malu, semuanya bercampur aduk menjadi satu.
Lift sampai di lobby.
Ting! Pintu lift terbuka. Saya bersyukur sekali gak ada penumpang lain lagi yang masuk sehingga saya sampai ke lobby dengan selamat.
Melihat ruangan lobby yang sudah gelap, saya jadi termotivasi ingin melakukan peristiwa fisika kedua, biar perut plong lebih sempurna. Saya cek para sekuriti lagi pada ngerokok di luar gedung. Suasana aman rasanya.
Duuuuuut! Kali ini tindakan fisika saya jauh lebih mudah dilakukan karena perut sudah tidak dalam keadaan melilit. Fuiiiih... tambah lega rasanya. Dan seperti sebelumnya, bau sangit belerang kembali menyeruak lubang hidung. Tapi gapapa...sekali lagi itu kan simbol kemenangan. Hehehe....
Ting! Tiba-tiba lift di sebelah saya terbuka. Deng...deng!!! Saya kaget dan panik bukan main. Kenapa? Karena yang keluar dari lift tersebut adalah kedua perempuan yang ketemu di lantai 10 tadi.