Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Harus Memberi Contoh, Bukan "Bullshit"

24 Oktober 2017   14:21 Diperbarui: 24 Oktober 2017   14:33 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menanamkan konsep bahwa keluarga itu adalah team. Diperlukan teamwork agar keluarga itu hidup bahagia.

Pernah gak kalian melihat di Youtube tentang motor-motor yang naik trotoar karena menghindari jalanan macet? Pas dikasih tau supaya kembali ke jalan raya, justru mereka yang ngotot. Gila, kan? Udah salah tapi mereka yang marah. Kira-kira kenapa hal itu bisa terjadi?

Bukan cuma itu doang. Kita sering ngeliat orang nyerobot antrian tanpa rasa bersalah. Ngerokok di tempat yang jelas-jelas ada tulisan 'No Smoking'. Masuk ke lift tanpa menunggu orang yang di dalam untuk keluar dulu. Buang sampah ke jalan lewat jendela mobil. Dan masih banyak peristiwa sejenis yang akan sangat panjang kalo saya paparkan satu persatu.

Pertanyaannya, kenapa orang Indonesia banyak yang melakukan hal tersebut? Saya kira jawabannya sederhana. Penyebabnya adalah sedari kecil mereka memang gak diajarkan tentang konsep taat peraturan. Orang tuanya tanpa sengaja pasti telah memberi contoh bahwa melanggar peraturan itu adalah hal yang biasa saja.

Penanaman konsep harus ditanamkan sejak kecil. Dan repotnya, anak kecil bukanlah pendengar yang baik tapi mereka adalah peniru yang hebat. Jadi rasanya mustahil kita bisa mengajarkan disiplin pada seorang anak hanya melalui kata-kata atau nasihat. Jadi diperlukan strategi yang tepat untuk menanamkan konsep itu. Gimana caranya?

Seorang anak perlu kita ajarkan konsep secara benar. Kehebatan meniru seorang anak adalah peluang yang harus kita manfaatkan untuk mengajarkan konsep tersebut. Setelah dia mengerti konsep yang kita tanam ke otaknya barulah kita bisa mengajarkan soal disiplin terhadap konsep itu.

Misalnya konsep makan. Kami sekeluarga selalu makan bersama. Dan percaya, gak? Isteri saya gak pernah membiarkan anak-anak makan sambil berdiri, berjalan-jalan (apalagi berlari-larian). Kalo anaknya ngamuk, isteri saya akan menguncinya di baby chair sehingga dia gak bisa berkutik. Walaupun Si Anak nangis sampe kejer pun, isteri saya gak peduli. Dia tunggu sampe Si Anak capek jejeritan lalu mencoba menyuapkan makanan kembali.

"Reo! makan harus duduk. Liat tuh Ayah sama Abang juga makannya duduk," kata isteri saya.

Dengan demikian tertanamlah oleh anak bahwa konsep makan: Kita Harus Duduk.

Kalo makanan dilepehin, dengan teganya, isteri saya akan mengambil lepehen itu dan menjejalkannya lagi ke mulut si anak. Kalo dilepehin lagi, jejelin lagi, lepeh lagi, jejelin lagi....pokoknya ibu dan anak itu adu kuat. Isteri saya gak mau ngambil risiko terbentuknya konsep di benak bahwa yang namanya makan itu boleh ditelan dan boleh juga dilepehin. Isteri saya dengan sabar berusaha  menanamkan konsep di kepala anaknya bahwa kalo makan harus ditelan. Gak boleh dilepehin. Insya Allah mereka juga akan menghargai makanan yang dibeli orangtuanya.

Waktu masih bujangan, kalo nyetir di jalan Tol, saya sering banget lewat bahu jalan, apalagi pas macet. Tapi sejak punya anak, saya berusaha keras membuang jauh-jauh kebiasaan itu. Saya gak mau anak saya mengira bahwa konsep nyetir di jalan tol itu memang harus di jaan tapi kalo lagi macet boleh memakai bahu jalan.

"Ayah, kenapa gak lewat situ aja?" Pernah anak saya nanya sambil nunjuk ke bahu jalan yang dipenuhi oleh mobil-mobil lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun