Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Simbol-simbol Jokowi dalam Komunikasi Politik

11 September 2017   22:02 Diperbarui: 12 September 2017   11:54 2499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap kali kita menonton acara-acara talkshow politik, kita melihat  para politikus bicaranya terlalu kasar. Mereka seakan tidak peduli pada  personal brandingnya sendiri. Bukan cuma omongannya tapi juga  tindakannya. Coba lihat acara Indonesia Lawyer Club, hampir semua  narasumber berteriak-teriak menyerang lawannya sehingga memberikan  enerji negatif pada yang penonton bahkan cenderung mengganggu kewarasan  para pemirsa.

Alhamdulilah, tidak semua politikus yang bertingkah  nyebelin. Uniknya, politisi yang paling santun justru adalah pemegang  pucuk pimpinan negeri ini. Yak dialah Jokowi, presiden kita. Jokowi  selalu berbicara dan bertindak dengan simbol-simbol. Selalu menarik  untuk membaca simbol-simbol yang dilemparkan oleh Mantan Walikota Solo  tersebut. Rasanya kita seperti dikasih puzzle yang mengundang untuk kita  memecahkannya.

Dulu Presiden Soeharto juga suka bermain simbol  tapi simbol dari Jokowi jauh lebih menarik. Kenapa? Karena kedudukan  Jokowi sebagai presiden tidaklah semapan ketika Soeharto berkuasa. Kursi  kepresidenannya tidak sekokoh Pak Harto. Kita semua melihat bagaimana  dia terus-menerus diserang dari segala penjuru. Banyak orang hendak  menjatuhkannya. Kita pasti taulah siapa aja lawan-lawannya.

Mantan  pengusaha mebel ini memang berkarakter halus tapi di saat yang sama dia  juga sangat tegas.  Dia tidak pernah mau berpolemik secara frontal  dengan lawan politiknya. Waktu SBY nyindir Jokowi bahwa keputusannya  untuk fokus pada infrastruktur adalah keliru, Jokowi tidak membalas  sepatah kata. Dia cuma berkunjung ke Hambalang, proyek komplek atlit dan  sarana olahraga yang terbengkalai, lalu ngomong, "Ini kok bisa mangkrak  begini? Berapa dana yang tersia-sia? Tapi kita gak usah menyalahkan  siapa-siapa, tapi mari kita pikirkan apa yang bisa kita selamatkan dari  proyek yang mangkrak ini."

Buat rakyat yang menonton di televisi,  omongan Jokowi mah biasa aja tapi Pak SBY dan Partai Demokrat langsung  kebakaran jenggot. Kita tentu tau banyak sekali oknum-oknum Partai  Demokrat yang telibat korupsi berkenaan dengan proyek ini. Begitulah  Jokowi, dia seakan berbicara pada rakyat tapi sebenernya berbicara  dengan lawan politiknya dengan cara yang sangat halus.

Waktu  Jokowi menjadi walkota Solo, dia pernah menolak usulan guebernur Jawa  Tengah Bibit untuk membangun Mal dan Supermarket modern karena Jokowi  lebih mementingkan pasar tradisonal untuk rakyat. Tentu saja Bibit yang  pensiunan tentara itu menjadi sangat murka. Lucunya ketika Jokowi  menjadi Gubernur DKI Jaya yang nota bene kedudukannya lebih bergengsi,  dia menghampiri Bibit dan mencium tangan gubernur Jawa Tengah itu.  Peristiwa itu banyak mendapat liputan dari berbagai media, mereka  mempertanyakan kenapa Jokowi masih bersikap seperti anak buah Bibit? Nah  itulah salah satu simbol yang luar biasa. Saya berkesimpulan bahwa  sebagai orang yang sangat halus begitulah cara Jokowi untuk 'menghina'  mantan Bossnya itu. Tapi simbol itu tentu saja tidak banyak dibaca  orang.

Intinya adalah, setiap kali diserang, Presiden kita selalu  berakting seperti tak berdaya dan rapuh. Dia seakan tidak  mempermasalahkan dirinya dibully dan membiarkan dirinya dihina dan  keliatannya seperti tidak membalas hinaan itu. Tapi apa yang terjadi  kemudian? Tiba-tiba orang-orang yang menghinanya mendadak mingkem.  Kenapa? Aneh kan? Bukankah hal ini sangat menarik untuk dipelajari?

Ahok  pernah bercerita," Jokowi itu jauh lebih sadis daripada gue. Jokowi itu  kalo mau bunuh kodok caranya kodok ditangkap dulu lalu dielus-elus  kemudian ditaruh dalam panci yang berisi air dingin. Karena merasa  nyaman, Sang Kodok tidak berusaha melarikan diri dan berenang-renang di  dalam panci. Setelah itu Jokowi menyalakan api kecil yang perlahan-lahan  semakin panas dan merebus Si Kodok sampai mati tanpa kodok tersebut  menyadarinya. Si Kodok mati dengan rasa bahagia."

"Kalo Anda bagaimana caranya membunuh kodok itu, Pak Ahok?" tanya seorang wartawan.

"Kalo gue mah, gue tembak aja aja langsung, gak ada cerita," sahut Ahok lantang sambil tertawa terbahak-bahak.

Analogi  Ahok ini lucu tapi sulit terbantah kebanarannya. Jokowi memang selalu  bereaksi terhadap sebuah serangan dengan cara yang halus dan elegan.  Itulah yang selalu membuat saya tertarik. Dia menangkis semua serangan  itu dengan simbol-simbol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun