Mohon tunggu...
Budi Setiawan
Budi Setiawan Mohon Tunggu... -

Sesuatu yang kita sebut 'nasib' itu bukanlah sebuah keadaan yang permanen. Dia sangat lentur, luwes,dan reaktif. Dia berespon kepada kualitas sikap dan tindakan-tindakan kita, tanpa menyumbangkan pendapatnya sendiri. Dia 'nasib' itu, berupaya sangat netral, meskipun sebetulnya dia sangat berpihak kepada keberhasilan dan kebahagiaan kita (MT). Detail about me in http://budirich.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Misteri 3 Tahun Lagi

1 Maret 2010   07:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:40 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jatuh cinta membuatku menggigil...

Malang tak terselesaikan diriku ini, hidup masih diayomi tapi sudah berani bermimpi untuk memperistri Walau masih imajinasi, tapi I.4jj harus terealisasi, Lihatlah muka muram penuh derita ini menahan sakit “kanker hati” stadium empat  tinggal menunggu waktu tapi sayang kawan, bukan untuk dipanggil Sang Ilahi melainkan untuk meledakkan getaran jiwa dalam lantunan buih-buih cinta yang gemericik seperti letupan lahar merapi yang merah pekat tetapi selalu melahirkan pesona eksotis bagi setiap mata. Belum lagi didorong cahaya jiwa yang terbungkus tulus seperti petikan gitar aukustik Tohpati, merdu, sedan dan menghanyutkan tanpa henti, merayap menelusuri rongga, berlayar hingga ke dada dan berlabuh di hati.

semakin hari, gemuruh hati semakin tak terkendali, sungguh tak mampu asa ini menopangnya. Kain sederhana menyelimuti sekujur wajahnya, seakan menjadi permadani di malamku yang pekat. Setiap kata-katanya yang mahal tetapi selalu laku terjual tambah membakar semangatku, belum lagi senyum simpul dari bibirnya yang mencerminkan keikhlasan hati, tak tanggung mengguyur hati ini dengan sejuta air dari surga. Begitu segar kawan.

Sayang bukan kepalang, manusia tak berakal selalu menggebu dalam segala urusan, tak terkecuali untuk urusan hati. Dan untuk kesekian kalinya aku merasa terbelenggu, terpasung oleh sikapmu yang bisu, selalu melahirkan teladan sabar bagiku.

Sejujurnya, aku ingin hanya dia yang tau. Tapi apa boleh dikata, seperti sudah melegenda bahwa orang melayu selalu ingin tau, bahkan yang ada di relung hati sekalipun. Tenang kawan, akan kualirkan getaran jiwa ini hingga menanggalkan keingintahuanmu.

karena hati ini tak bisa bicara, maka aku harus mengungkapkannya, aku sadar raga ini tentu tak mampu menahan dentuman cinta, semakin lama semakin kencang dan menggema. Dalam setiap getaran terlahir gema-gema baru, yang terus menerus akan menggema, hingga menyatu dan akhirnya membungkus seluruh jiwa dan menuju ke raga. Sejauh ini aku hanya bisa berdo’a, untuk meletakkan cinta-Nya tetap diurutan pertama, dan keluargaku diurutan kedua tentunya.

Sungguh malang tanpa kepalang, sekarang tubuh harus pergi untuk mencari amunisi, bukan hanya untuk diri tapi lebih lagi untuk pujaan hati. Tanpa pernah tau, apakah amunisi itu bisa menciptakan ledakan suci sunnah ilahi 3 tahun lagi?

Tunggu saja kawan…

Palembang, 8 Maret 2009

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun