Mohon tunggu...
Budi Ardian Saputra
Budi Ardian Saputra Mohon Tunggu... Berdagang -

Penulis tidak naik kelas.E-mail: saputrabudiardian@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Motor Sekarang Canggih, Bengkel Jadi Sepi

18 November 2016   04:34 Diperbarui: 18 November 2016   13:01 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dokumentasi pribadi)

Ternyata kemajuan teknologi tidak selalu berdampak positif. Bengkel sepeda motor misalnya. Belakangan ini sering sekali mengalami sepi pengunjung. Bukan karena faktor ekonomi susah, tapi karena sepeda motor sekarang cenderung awet dan jarang rusak.

Memang sih, di sisi lain konsumen senang. Siapa sih yang mau membeli barang yang cepat rusak/bobrok. Pabrikan sepeda motor juga tidak ingin ketinggalan zaman dan inovasi. Sampai rasanya selalu ada saja kemajuan teranyar yang mereka pamerkan.

Salah satunya kebanyakan motor menggunakan teknologi ramah lingkungan. Irit bahan bakar. Teknologi ACG (Alternating Current Generator). Luar biasanya lagi, sampai-sampai bola lampu udah pakai LED, kebayang kan kalau lampu ini gak akan putus seumur hidup. Nasib para mekanik semakin terlihat, owh kasihan.

Beberapa minggu lalu saya berkunjung ke salah satu bengkel untuk servis motor. Beneran kaget, ternyata apa yang saya takutkan sejak lama benar-benar terjadi. Keliatannya seperti biasa saja, tetapi ketika saya tanya dengan salah satu mekanik, dia menjawab, “Motor yang di-service sekarang rata-rata motor tahun lama, yang keluaran teranyar cukup ganti oli dan bocor ban saja”.

Mekanik tersebut juga menerangkan. Motor terbaru sekarang kalau rusak di bagian mesin atau program, susah sekali untuk ditemukan dan diperbaiki. Harus dibawa ke service resminya. Karena bengkel-bengkel biasa tidak ada alatnya. Semacam alat digital gitu jelasnya.

Beda banget dengan motor-motor lama yang menggunakan alat Karburator. Minimal harus rutin service dan ganti oli setiap 1-2 bulan. Kalau pemakaiannya dengan jarak tempuh jauh, biasanya empat tahun sudah bongkar mesin. Sekali-kali ganti bola lampu juga. Hehe

Kalau begini terus bisa diprediksi akan banyak bengkel yang tutup. Pendapatan mereka yang tak kunjung membaik. Sepeda motor lama juga akan lenyap dan hilang. Lah wong sekarang, beli motor udah seperti beli tepung. Bayar DP 700.000 udah bisa bawa pulang satu unit plus bonus 1 bulan angsuran. Ih, gawat!

Perlu diketahui. Tidak sedikit jumlahnya mekanik-mekanik yang tidak lulusan dari SMK jurusan mesin atau sarjana teknik otomotif. Mereka semua belajar secara otodidak atau dulu pernah menjadi anggota/karyawan. 

Di kampung-kampung itu jarang ada mekanik dapat undangan seminar di hotel-hotel yang 'adem' sambil mantengin slide persentasi. Atau ikut workshop secara langsung tentang pelatihan menyelesaikan permasalahan mesin. Langkah!

Kalau begitu… mumpung semua belum terjadi. Harus ada win-win solution (ini penting) untuk mekanik dan konsumen. Khusus untuk mekanik, saran saya sih perlu adanya training atau pelatihan. Kenalkan mereka dengan teknologi terbaru. Sehingga mereka mendapatkan informasi yang up to date.

Kalau para mekanik Indonesia jago-jago di bidang servis, yang bangga siapa? Ya kita rakyat Indonesia. Mereka tidak lagi ketinggalan zaman. :)

Salamku

Budi Ardian Saputra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun