SITU GEDE, Kota Bogor, adalah telaga buatan. Dibangun oleh pemerintah Hidia Belanda tahun 1854, sebagai "tempa parkir air" dan mengairi persawahan di sekitarnya.
Kini sebagian lahan bertanam padi yang mendapat air dari Situ Gede telah beralih fungsi, sebagaiman terjadi pada lahan-lahar subur di tempat lain. Apa kabar dengan cerita swasembada pangan?
Mudah mencapai Situ Gede dari pusat kota. Saya naik angkot 15 dari terminal Merdeka. Kata Google Maps, jaraknya sekitar 8 kilometer.
Tiba di lokasi, terlihat Situ Gede lebih tertata. Ada tempat duduk dengan lantai konblok dan pagar stainless, jogging track mengelilingi telaga, tempat kuliner, perahu-perahu wisata, gazebo, tempat bersantai, dan hutan lebat yang membuat udara sekitar menjadi sejuk. Â
Memasuki Situ Gede, yang ditata ulang dan diresmikan oleh Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat 2018-2023) pada tahun 2023, tidak perlu karcis. Gratis, kecuali makan minum di warung dan sewa perahu.
Kawasan wisata air ini telah dilengkapi dengan tempat sampah. Bak pembuangan benda tidak terpakai ini terletak di tempat-tempat strategis pada keliling Situ Gede.
Warnanya pun berbeda-beda. Tujuannya, untuk pemilahan sampah. Tampak tiga warna tempat sampah: hijau untuk sampah sisa makanan; jingga untuk sampah daur ulang; abu-abu untuk residu. Keterangan tersebut tertulis jelas pada badan masing-masing tempat sampah.
Jadi, tempat untuk menampung sampah organik dibedakan dengan sampah daur ulang (buangan yang bisa diolah kembali menjadi barang bermanfaat), pun dengan residu (sampah yang tak mudah didaur ulang, seperti styrofoam).