Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Kemiskinan Bukan Sekadar Angka-Angka

8 Mei 2025   07:07 Diperbarui: 8 Mei 2025   14:09 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjaja masakan matang menggendong bayi dan ditemani anak (dokumen pribadi)

BANK DUNIA menilai, kemiskinan melanda 60,3% warga Indonesia. Seketika laporan tersebut menyengat pihak Badan Pusat Statistik (BPS).

Amalia Adiningrat Widyasanti, Pelaksana Tugas (Plt) BPS mengatakan, laporan Bank Dunia bukan keharusan untuk diterapkan di Indonesia. Hanya sebagai rujukan. Indonesia punya garis kemiskinan berlainan dengan di laporan tersebut (kompas.com).

Ada basis perhitungan yang berbeda. Kata Bu Amalia, tiap-tiap negara memiliki poverty line masing-masing. Bahkan, garis kemiskinan itu bisa tidak sama di tiap provinsi di Indonesia.

Garis Kemiskinan (GK) di September 2024 adalah Rp595.242 per kapita per bulan (GK Makanan Rp443.433 dan GK Bukan Makanan Rp151.809). Maka, pada bulan bersangkutan jumlah penduduk miskin 24,06 juta orang atau 8,57% (siaran pers BPS 15 Januari 2025).

Persentase itu berbeda jauh dibanding laporan Bank Dunia. Berbeda dasar perhitungan, berselisih pula angka-angka kemiskinan yang disajikan.

Baiklah. Biarkan para pejabat berargumen hingga berbusa-busa. Memperdebatkan angka kemiskinan tanpa solusi di ruang perjamuan berpendingin udara.

Kemiskinan ada di depan mata saya. Apakah memakai ukuran Bank Dunia atau BPS, saya tidak terlalu menghiraukannya. Bagi saya, keadaan serba kekurangan ada di sekitar. Nyata. 

Gerobak gorengan (dokumen pribadi)
Gerobak gorengan (dokumen pribadi)

Mereka cari uang dengan segala cara untuk makan. Misalnya, pedagang di ujung jalan. Sementara belum mendapatkan pekerjaan, ia menjual gorengan setelah 3  bulan lalu di-PHK dari sebuah pabrik di Bekasi. 

"Kalau gak jualan, gak punya duit."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun